27 Mei 2004 — 7 menit baca

Perlawanan terhadap Neo-Orde Baru

Enam tahun yang lalu aksi besar-besaran yang dilancarkan secara nasional oleh berbagai gerakan mahasiswa Indonesia telah memperoleh kemenangan yang bersejarah bagi seluruh bangsa, yaitu jatuhnya kekuasaan Suharto sebagai presiden. Bangsa Indonesia patut selalu mengenang dan juga berterimakasih atas jasa besar yang telah dibuat oleh generasi mudanya, sehingga diktatur militer yang mengganas selama 32 tahun dapat akhirnya ditumbangkan. Mungkin sekali, tanpa gerakan mahasiswa yang besar-besaran itu, tumbangnya kekuasaan Suharto dkk akan masih lama lagi.

Sekarang, sejak dalam bulan Mei ini, di berbagai kota besar Indonesia, mulai lagi muncul berbagai ragam aksi yang dilancarkan mahasiswa dan organisasi pemuda. Sebagian dari aksi itu digerakkan untuk memperingati 6 tahun jatuhnya Suharto, sebagian lagi untuk menyatakan perlawanan terhadap dicalonkannya Wiranto sebagai presiden, dan sebagian lainnya lagi untuk menolak militerisme dan bahaya restorasi Orde Baru dalam bentuk baru. Banyak juga yang menyuarakan pentingnya diteruskan reformasi, yang sudah berhenti dewasa ini.

Aksi-aksi yang dilancarkan oleh mahasiswa dan kalangan muda lainnya ini menunjukkan bahwa mereka prihatin sekaligus waspada dengan tampilnya tokoh-tokoh militer (mantan) sebagai calon presiden dan calon wakil presiden, yang semuanya pernah menjadi bagian dari rezim militer di msasa yang lalu. Sikap yang ditunjukkan oleh sebagian generasi muda kita yang demikian ini sangat penting bagi bangsa ketika banyak orang (terutama di kalangan elite dan pimpinan partai politik) kelihatan seolah-olah sudah “lupa” kepada segala keburukan rezim militer Suharto dkk, dan mendukung Golkar dan Wiranto.

Canang Bagi Kita Semua

Bangsa kita harus bangga bahwa generasi mudanya, yang merupakan penerus bangsa dan pemegang haridepan, mempunyai sikap yang memanifestasikan kepedulian terhadap situasi tanahair yang diancam oleh kembalinya militerisme (dalam bentuk baru) atau restorasi Orde Baru, dan diteruskannya pembusukan berbagai bidang sesudah jatuhnya Suharto. Dalam sejarah bangsa Indonesia, generasi muda telah memberikan sumbangan besar, antara lain dengan mencetuskan Sumpah Pemuda, mendorong proklamasi 17 Agustus 1945, dan menggulingkan kekuasaan Suharto dkk. Sesudah jatuhnya Suharto, sebagian mahasiswa dan berbagai kalangan generasi muda lainnya tidak henti-hentinya (dengan mengalami pasang surut) mengadakan aksi-aksi untuk melawan korupsi, pelanggaran HAM, penumpukan hutang dalam dan luarnegeri, atau berbagai isyu politik, ekonomi dan sosial lainnya.

Dewasa ini, para mahasiswa mulai mengadakan kembali beragam aksi, yang sudah menjalar di berbagai kota, antara lain Makasar, Palu, Denpasar, Mataram (Nusa Tenggara Barat), Surabaya, Malang, Jogya, Solo, Purwokerto, Jakarta, Bandung, Cianjur, Bandar Lampung, Palembang, Padang, Medan, dan sejumlah kota-kota lainnya. Meskipun aksi-aksi ini belum meluas seperti gerakan mahasiswa tahun 1998 menjelang kejatuhan Suharto, tetapi tetap mempunyai arti amat penting bagi masa dekat dan masa jauh bangsa. Aksi-aksi mahasiswa bisa merupakan canang atau peringatan kepada kita semuanya, akan hal-hal serius yang merugikan kepentingan rakyat dan negara.

Aksi-Aksi Ini Patut Kita Dukung

Oleh karena itu, adalah kewajiban kita semuanya, untuk menyambut gembira dan mendukung aksi-aksi mahasiswa dan generasi muda kita umumnya, sebisa mungkin, dan lewat berbagai bentuk dan cara. Sebab, pada umumnya, mereka itu bergerak atau berjuang, dengan tujuan mulia dan luhur untuk kepentingan orang banyak. Mereka bisa memandang persoalan-persoalan besar yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak dengan bersih dan tajam, dan tidak dikotori oleh bermacam-macam kepentingan pribadi. Mereka umumnya juga masih bersih dari korupsi, karena belum dibebani oleh macam-macam kepentingan keluarga. (kalau ada, “korupsi” kecil-kecilan mereka paling-paling untuk makan enak di restoran atau foya-foya dengan pacar).

Banyak di antara mereka yang rela melakukan berbagai macam aksi dengan menahan lapar dan haus, bermandikan terik-matahari atau hujan deras selama berjam-jam, berjalan kaki berkilo-kilometer, dan meneriakkan slogan-slogan sampai suara mereka parau. Semua ini mereka lakukan demi kepentingan republik kita, demi kepentingan orang banyak, demi hari depan generasi yang akan datang, yang berarti demi kepentingan mereka sendiri juga. Di sinilah letak arti keluhuran aksi-aksi mereka atau kebesaran cita-cita mereka.

Memang, ada saja usaha dari berbagai kalangan atau golongan (termasuk partai politik, agama, atau kepentingan pribadi tokoh-tokoh tertentu) yang “menunggangi” aksi-aksi mahasiswa atau generasi muda atau “membeli” mereka. Dan memang ada juga (meskipun tidak banyak) tokoh-tokoh gerakan mahasiswa (dan pemuda umumnya) yang terpaksa “jatuh” di tengah jalan atau meninggalkan barisan, karena terkena pembusukan, yang bentuknya macam-macam. Hal yang demikian ini adalah wajar-wajar saja, seperti halnya dalam banyak gerakan lainnya.

Aksi-Aksi Mereka Benar, Sah Dan Adil

Yang patut disesalkan yalah adanya orang-orang yang tidak mau mengerti akan arti penting dan positif peran aksi-aksi mahasiswa atau gerakan angkatan muda kita ini bagi kehidupan bangsa kita sebagai keseluruhan. Padahal aksi-aksi mereka untuk melawan KKN, untuk mengkritik segala penyelewengan kekuasaan, untuk membela HAM dan demokrasi, untuk memperjuangkan reformasi, adalah benar, sah, dan adil. Banyak aksi-aksi ini bisa merupakan pelajaran dan peringatan kepada umum, dan juga merupakan pendidikan dan latihan penting bagi generasi muda sendiri untuk menghadapi masa depan.

Pada umumnya, mahasiswa dan pemuda-pemuda lainnya yang melakukan berbagai aksi politik, sosial dan kebudayaan untuk kepentingan orang banyak ini di kemudian hari akan menjadi kader atau tokoh-tokoh masyarakat dalam berbagai lapangan. Jadi, peran mereka bagi kehidupan bangsa adalah penting, baik untuk dewasa ini maupun (apalagi!) untuk hari depan bangsa. Ini tidak berarti bahwa dalam banyak aksi atau gerakan yang mereka lancarkan tidak ada ada sama sekali ekses-ekses atau kesalahan, atau tidak ada unsur-unsur yang merusak.

Tetapi, dengan alasan apa pun juga, menghalangi digerakkannya aksi-aksi mahasiswa yang meng-ekspresikan kepedulian mereka terhadap kepentingan umum, atau yang menyalurkan aspirasi rakyat banyak, adalah salah. Banyak aksi mahasiswa atau gerakan angkatan muda lainnya ini yang merupakan investasi berharga bagi hari depan bangsa. Generasi muda kita yang mempunyai komitmen terhadap nasib rakyat kita merupakan darah segar bangsa. Milik bangsa yang demikian ini terasa lebih-lebih penting dan lebih-lebih berharga lagi kalau mengingat bahwa bangsa dan negara kita sudah dirusak parah oleh Orde Baru dalam jangka waktu yang lama sekali, yaitu 32 tahun, seperti yang bisa kita saksikan bersama di sekeliling kita masing-masing dawasa ini.

Peran Gerakan Ekstra-Parlementer

Ketika berbagai lembaga negara di bidang eksekutif, legislatif dan judikatif sudah loyo, mandul, dan tidak berdaya menghadapi berbagai penyelewengan dan kejahatan para tokoh-tokoh yang merugikan kepentingan negara dan rakyat, maka aksi-aksi atau gerakan ekstra-parlementer mahasiswa serta berbagai ornop (LSM dll) sangat dibutuhkan untuk membangkitkan perlawanan umum terhadap pembusukan ini. Adalah hak yang sah dan mulia bagi semua warganegara Republik kita untuk ikut bersuara mengenai segala persoalan negara yang penting-penting. Dan ketika pemerintah beserta lembaga-lembaga negara lainnya kelihatan tidak mempedulikan atau mengabaikan pendidikan politik dan moral bagi generasi mudanya, maka berbagai kegiatan mahasiswa dalam membela kepentingan rakyat merupakan pendidikan politik kerakyatan secara langsung dan kongkrit.

Kelihatannya, dalam tahun-tahun yang mendatang ini, negara dan bangsa kita masih harus tetap menghadapi berbagai kesulitan besar atau problem parah di bidang politik, ekonomi dan sosial, karena besarnya kerusakan-kerusakan yang baru diwariskan oleh rezim militer 6 tahun yang lalu (ingat: besarnya pengagguran, jumlah orang miskin yang menggelembung, hutang dalam dan luarnegri yang terus membengkak, korupsi yang sulit diberantas, dan berlangsugnya terus pembusukan mental di kalangan elite).

Karena mental kalangan elite tidak bisa selalu diharapkan bisa mengambil sikap atau tindakan yang konsisten untuk memecahkan segala kesulitan bangsa, maka gerakan ekstra-parlementer yang dilancarkan oleh generasi muda dan oleh berbagai ornop (LSM dll) akan tetap sangat diperlukan, karena mempunyai peran amat penting dalam menjalankan kontrol sosial. Ketika DPR sudah hanya menjadi tempat bagi tokoh-tokoh partai politik untuk dagang sapi membagi-bagi kekuasaan, dan melindungi para koruptor dan pelanggar HAM, maka tugas pengawasan beralih di luar parlemen.

Berbagai Pelacuran Politik

Menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden, makin banyak perkembangan yang “aneh-aneh” dan kelihatan ruwet atau rumit. Karena adanya perebutan kekuasaan, maka terjadi pengkhianatan terhadap reformasi, dan berbagai pelacuran politik yang tidak kepalang tanggung. Banyak orang tidak mengerti, umpamanya, sikap yang ditunjukkan oleh sebagian tokoh-tokoh PKB yang sekarang menyatakan mendukung mantan jenderal Wiranto sebagai presiden. Pemilihan presiden dan wakil presiden yang akan datang ini akan makin mendorong terjadinya kristalisasi dan seleksi di berbagai kalangan, yang akan menunjukkan lebih jelas siapa-siapa saja dan dari golongan yang mana saja yang tetap gigih melawan sisa-sisa Orde Baru, dan yang tidak.

Apapun hasil pemilihan presiden dan wakil presiden yang akan datang, satu hal sudah jelas, yaitu bahwa peran gerakan ekstra-parlementer yang dimainkan oleh ornop (LSM dll) , termasuk gerakan mahasiswa, akan tetap diperlukan bagi kehidupan negara dan bangsa.