25 Februari 2011 — 8 menit baca

Kehancuran kekuasaan diktator Kadhafi tidak dapat dicegah lagi

Pemimpin negara Libia, Muammar Kadhafi, yang sudah menguasai negara yang kaya dengan minyak dan gas selama 42 tahun ini, akan merupakan sasaran berikutnya dari pembrontakan rakyat Arab sesudah jatuhnya presiden Tunisia, Ben Ali, dan presiden Mesir Husni Mubarak. Tetapi, berlainan dengan di Tunisia dan Mesir, kejatuhan Kadhafi akan disertai dengan terbunuhnya korban yang jumlahnya jauh lebih banyak dan cara-caranya yang jauh lebih biadab.

Untuk menghadapi rakyat Libia yang brontak menentang kediktatoran Kadhafi selama puluhan tahun, penguasa yang pernah dikenal sebagai pemimpin Islam revolusioner ini telah mengerahkan tentara bayaran (atau tentara sewaan) yang direkrut dari beberapa negeri Afika untuk menembaki para demonstran di Tripoli, dan di kota-kota lainnya, dan penembakan dari udara dengan pesawat terbang dan helicopter.

Karenanya, korban-korban yang jatuh dalam perlawanan terhadap Kadhafi ini sangat besar sekali. Pertumpahan darah besar-besaran di Libia ini sudah dikutuk oleh banyak negara, yang telah beramai-ramai mengungsikan warganegara mereka keluar dari Libia. Di Tripoli, sejumlah bangunan publik telah dirusak atau dibakar massa. Di Benghazi, kota nomor dua sesudah Tripoli massa pembrontak telah menguasai kota, dan rakyat mempersenjatai diri dengan senjata dari gudang-gudang yang ditinggalkan tentara.

Sebagian dari tentara nasional Libia sudah menunjukkan sikap yang pro-rakyat. Karenanya, Kadhafi makin bersandar kepada tentara bayaran dan milisia yang didirikannya untuk menjaga keselamatan keluarganya dan kekuasaannya.

Tingkat hidup di Libia yang tertinggi di benua Afrika

Pergolakan massa rakyat Libia untuk menentang Kadhafi merupakan bukti lebih yang gamblang lagi bahwa rakyat negara-negara Arab sedang memasuki era untuk memperoleh kebebasan berfikir dan menyatakan pendapat atau demokrasi. Inilah yang dituntut oleh rakyat Maroko, Aljazair, Libia, Tunisia, Mesir, Siria, Jordania, Bahrein, Yaman dll. Hal semacam ini merupakan kebangkitan besar-besaran dan meluas dari rakyat Arab di berbagai negara, yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kasus Libia merupakan kasus yang tidak sepenuhnya sama dengan kasus Tunsia atau Mesir, meskipun ada persamaan-persamaannya. Libia adalah negara yang ekonominya jauh lebih baik dari pada Tunisia atau Mesir berkat adanya sumber-sumber minyak dan gas. Libia merupakan pengekspor minyak menuju negara-negara Eropa sampai sebesar 80 %

Libia adalah satu di antara 4 produktor minyak terbesar di benua Afrika, dan termasuk dalam 20 penghasil minyak di dunia. Persediaan minyak di bawah tanah Libia adalah lebih besar dari pada di Nigeria dan di Aljazair. Itulah sebabnya tingkat hidup rakyat yang berjumlah tidak sampai 6,5 juta di Libia merupakan yang tertinggi di benua Afrika.

The great Socialist People’s Libyan Arab Jamahiriyah

Muammar Kadhafi, yang menjabat sebagai kapten dalam tentara raja Idris telah merebut kekuasaan dalam 1969 dan dalam usia 27 tahun mendirikan Republik Arab Libia (nama lengkapnya dalam bahasa Inggris : Great Socialist People’s Libyan Arab Jamahiriya), yang bertujuan pan-arabisme dan “sosialisme Negara”. Sampai tahun 1980-an pemerintahan Libia-nya Kadhafi dipandang sebagai penyokong gerakan-gerakan revolusioner dan teroris, dan dituduh terlibat dalam berbagai tindakan terror di banyak tempat di dunia.

Awal tahun 2011 ini di Libia muncul kebangkitan massa rakyat (terutama dari kalangan muda) menuntut kebebasan (berfikir dan menyatakan pendapat) dan demokrasi, sebagai dampak dari pergolakan-pergolakan di Tunisia dan Mesir. Kebangkitan massa ini dimulai dari kota Benghazi, kemudian meluas ke daerah-daerah lain, termasuk ke Tripoli, ibukota Libia, sejak 20 Februari.

Untuk menghadapi kebangkitan massa rakyat yang membrontak besar-besaran ini, Kadhafi sudah mengambil tindakan yang “membabi buta”, dan menyerukan kepada pendukung-pendukungnya (yang sudah makin sedikit) untuk melawan massa rakyat yang berontak terhadap pemerintahannya.

Dalam pidatonya di depan televisi yang berapi-api dan makan waktu selama satu jam lebih (taggal 22 Februari), ia muntahkan kemarahannya kepada massa rakyat yang menuntut perobahan di Libia, dengan mengancam bahwa ia akan membersihkan Libia dari anasir-anasir kriminal, pengguna narkoba dan simpatisan Al Qaida. Ia akan membersihkan tiap rumah di Libia dari orang-orang yang membahayakan revolusi. Ia juga mengatakan bahwa tidak akan turun sebagai presiden, karena ia adalah pimpinan tertinggi revolusi rakyat Libia.

Kadhafi akan berjuang sampai titik darah penghabisan

Dengan nada dan cara-cara yang dianggap oleh berbagai komantator sebagai orang yang sudah paranoiak karena menghadapi masa-masa terakhir kekuasaannya, Kadhafi menegaskan bahwa akan berjuang terus sampai titik darah penghabisan.

Sampai tanggal 24 Februari (hari Kamis) sudah kelihatan bahwa kedudukan Kadhafi makin goyah dan keropos karena perlawanan dari dalam negeri Libia sendiri. Daerah sebelah Timur dan Utara Libia (dengan kota Benghazi dan Tobruk) sudah jatuh ditangan masa rakyat yang membrontak terhadap Kadhafi, dan potretnya dirusak atau dibakar massa. Kota dan daerah yang dikuasai (atau dibebaskan) rakyat makin meluas atau makin banyak.

Keretakan atau kehancuran pemerintahan Kadhafi kelihatan tambah jelas dengan mundurnya orang kuat di Libia, yaitu jenderal Abdel Fatah Younes yang menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri, yang menyatakan bahwa ia memutuskan untuk menyokong gerakan rakyat yang menentang kekuasaan Kadhafi. Ia juga menganjurkan kepada tentara Libia untuk memihak kepada perjuangan rakyat Libia.

Ini merupakan pembangkangan kedua dari pejabat tinggi pemerintahan Kadhafi sesudah mundurnya Menteri Kehakiman, yang tidak setuju dengan cara-cara Kadhafi bertindak terhadap massa rakyat yang bangkit dalam perlawanan.

Perlawanan pejabat-pejabat tinggi terhadap pemerintahan Kadhadi juga terjadi di kalangan diplomat Libia di banyak negara. Dutabesar Libia untuk PBB sudah terang-terangan menyatakan menentang pemerintahan Kadhafi dan bahkan menganjurkan kepada tentara Libia juga untuk ikut dalam perlawanan ini. Dutabesar-dutabesar Libia untuk India, Malaysia, dan Indonesia juga sudah menunjukkan sikap yang sama.

Keruntuhan kekuasaan Kadhafi tidak dapat dicegah siapa pun !

Dengan perkembangan yang demikian itu maka makin jelaslah bahwa perlawanan terhadap kekuasaan Kadhafi yang datang dari rakyat Libia sendiri adalah luas sekali, dan sudah meliputi lapisan yang paling bawah sampai yang paling atas. Kekuatan kekuasaan Kadhafi tinggal bersandar kepada tentara bayaran (atau tentara sewaan) yang didatangkan dari Chad, Sudan, Nigeria, dll dengan bayaran yang sangat tinggi, dan berbagai suku yang masih bisa “dibelinya”.

Sebagian dari tentara nasional Libia sudah mulai dicurigai oleh Kadhafi, karena adanya pasukan-pasukan yang “menyeberang” ke fihak rakyat yang berjuang. Di antara contoh-contohya adalah larinya penerbang-penerbang angkatan udara Libia ke pulau Malta, dan juga meloncatnya dengan payung pilot dari pesawat tempur karena tidak mau memenuhi tugas untuk melakukan penembakan di Benghazi.

Dari perkembangan selama ini sudah kelihatan bahwa keruntuhan kekuasaan Kadhafi adalah soal waktu saja, dan itupun tidak akan terlalu lama lagi !!!. Penyebab-penyebab keruntuhannya adalah terutama karena faktor-faktor dalam negeri Libia sendiri, yang sudah merupakan penyakit parah yang disandang oleh rakyat Libia selama 42 tahun, dan dibikin lebih parah lagi dengan tindakan-tindakan Kadhafi akhir-akhir ini.

Dengan tindakan-tindakan kekerasan – yang berlebih-lebihan buasnya – yang dipakai Kadhafi dalam menghadapi kebangkitan rakyat untuk meraih kebebasan yang lebih besar dan demokrasi guna menciptakan sistem pemerintahan yang baru, maka dunia internasional terpaksa turun tangan, untuk mencegah makin rusaknya kehidupan rakyat di Libia atau menghentikan makin banyaknya korban yang jatuh.

Dewan Keamanan PBB sudah mempersoalkan tindakan-tindakan Kadhafi, dan Uni Eropa yang beranggota 27 negara juga sudah mempersiapkan langkah-langkah di bidang politik dan ekonomi untuk menjatuhkan sanksi-sanksi atau hukuman kepada penguasa-penguasa Libia. Presiden Barack Obama juga mengeluarkan pernyataan khusus yang berisi peringatan-peringtan tajam dan keras tentang kasus Libia ini.

Dari itu semua dapat disimpulkan bahwa Kadhafi sudah tidak dapat diselamatkan lagi oleh siapa pun atau kejatuhannya juga tidak dapat dicegah oleh apa pun.. Sebab, ia sudah ditolak oleh rakyat Libia sendiri, yang sudah dengan tegas dan keras menginginkan hilangnya dari kepemimpinan di Libia dan digantinya sistem pemerintahan yang sudah dijalankanya selama 42 tahun. Bahkan, Liga Arab pun sudah mengambil tindakan terhadap Kadhafi.

Banyak orang yang heran dan bertanya-tanya tentang Kadhafi

Kiranya, bagi banyak kalangan di Indonesia, kasus perlawanan rakyat Libia terhadap Kadhafi bisa menimbulkan keheranan dan juga memancing berbagai pertanyaan. Mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa seorang pemimpin yang mengagung-agungkan Islam selama 42 tahun bisa berobah menjadi “pemimpin” yang sangat dibenci oleh rakyatnya sendiri karena tindakan-tindakannya yang serba menindas kebebasan rakyat, termasuk membunuhi rakyatnya sendiri secara besar-besaran (genocide).

Dan mungkin juga ada kalangan di Indonesia yang heran mengapa rakyat Libia yang tingkat hidupnya paling tinggi di benua Afrika masih menyatakan tidak puas dengan pemerintahan di bawah Kadhafi.

Mungkin ada juga yang heran mengapa pemerintahan Kadhafi yang menggratiskan beaya sekolah untuk murid sekolah dasar dan menengah dan mahasiswa dan memberikan pengobatan cuma-cuma bagi yang sakit masih ditentang oleh begitu banyak orang.

Hebatnya perlawanan rakyat yang besar-besaran di sebagian besar negara Libia ini membuktikan bahwa sistem pemerintahan di bawah pimpinan Kadhafi yang berbentuk jamhariah (republik rakyat), dan yang memberlakukan Syariah Islam, serta menjadikan comite-comite rakyat sebagai gantinya perwakilan rakyat (atau parlemen), sudah mengalami kegagalan. Karenanya, rakyat menginginkan adanya pergantian dalam sistem politik atau pemerintahan.

Itu semua membuat Kadhafi beserta keluarga besanya (ia mempunyai 9 anak) dan kerabat-kerabat dekatnya terisolasi atau terkucilsekali , dan tidak jelas bagaimana akhir nasib mereka sebagai akibat dari pembrontakan rakyat. Meskipun diduga bahwa harta kekayaan keluarga Kadhafi (bersama anak-anaknya) mencapai ratusan miliar dollar, tetapi harta kekayaan yang diperoleh mereka dari perbuatan korupsi, kolusi dan nepotisme, tidak akan bisa menolong mereka dari hukuman rakyat. Tambahan lagi, sebagian terbesar dari kekayaannya ini akan dibekukan oleh 27 negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Bahkan, permintaan visa untuk keluarga Kadhafi pun akan ditolak.

Akibat dari sistem politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan yang sudah usang

Akhir yang begitu hina dan menyedihkan dari kehidupan Kadhafi, yang pernah terkenal sebagai tokoh “revolusioner” (harap perhatikan tanda kutip) Islam yang menonjol di dunia adalah akibat dari sistem politik, sosial,, ekonomi dan kebudayaan (termasuk agama) yang dijalankannya selama ini. Seluruh sistem ini didijalankan menurut pandangan Kadhafi tentang Islam. (antara lain, yang tertuang dalam “buku hijau”-nya,).

Kegagalan pemerintahan Kadhafi di Libia, ditambah dengan kegagalan pemerintahan Ben Ali di Tunisia serta pemerintahan Husni Mubarak di Mesir (serta kegagalan pemerintahan negara-negara Arab lainnya yang akan ditunjukkan di kemudian hari tidak lama lagi) adalah bukti bahwa sistem politik, sosial dan ekonomi, dan kebudayaan di banyak negara-negara Arab sangat membutuhkan perubahan, pembaruan atau perbaikan.

Itu semua merupakan hal-hal yang patut menjadi renungan bersama bagi kita di Indonesia.