20 Februari 2011 — 9 menit baca

Dampak Prahara Besar Untuk Perubahan di Negara-negara Arab

Dengan tumbangnya pemerintahan Husni Mubarak di Mesir dan pemerintahan Ben Ali di Tunisia sebagai akibat perlawanan rakyat besar-besaran di kedua negeri ini, maka sekarang berkembang situasi baru dan menarik di berbagai negara-negara Arab dan negara-negara non-Arab lainnya yang berpenduduk Muslim.

Perkembangan situasi baru ini begitu luasnya dan begitu besarnya, sehingga diramalkan oleh banyak orang di dunia bahwa akan bisa mendatangkan berbagai perubahan, dalam bentuk yang berbeda-beda dan kadar yang berlain-lainan, di banyak negara-negara Arab dan non-Arab. Situasi baru yang disebabkan adanya pergolakan-pergolakan di banyak negara yang meluas ini, merupakan perkembangan yang baru dan penting dalam sejarah bangsa-bangsa Arab sejak ribuan tahun.

Seperti yang kita ketahui bersama, pergolakan-pergolakan rakyat Mesir dan Tunisia, telah memberikan inspirasi perjuangan rakyat di negara-negara lainnya, antara lain di Yaman, di Jordania, di Siria, Iran, Bahrein, Maroko, Aljazair, Libia, atau negara-negara lainnya dan bahkan juga di Uganda yang bukan Arab. Di negara-negara ini telah terjadi berbagai ragam pergolakan rakyat yang mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu keinginan untuk memperoleh kebebasan yang sudah berpuluh-puluh tahun dikekang oleh para penguasa, yang banyak menyalahgunakan agama atau politik kekuasaan untuk menindas rakyatnya sendiri.

Di samping itu, di banyak negara-negara Arab yang jumlahnya sekitar duapuluhan itu pada umumnya tidak ada kemajuan yang pesat menuju kemakmuran dan demokrasi. Di banyak negara-negara Arab terjadi stagnasi (kemandegan) dan keterbelakangan yang sudah berlangsung puluhan tahun, kecuali negara-negara kecil seperti Emirat Arab (Dubai, Abudabi, Qatar, Bahrein) berkat adanya sumber-sumber minyak.

Sekjen Liga Arab, Amir Musa, menjelaskan bahwa sebagian besar masyarakat di negara-negara Arab bergelut dengan kemiskinan, pengangguran dan keterbelakangan.

Sebab-sebab kemiskinan dan keterbelakangan di negara-negara Arab

Namun, banyak pendapat yang menjelaskan bahwa kemiskinan, pengangguran dan keterbelakangan di negara-negara Arab ini erat hubungannya dengan sebab-sebab yang lain, yang selama berpuluh-puluh tahun sudah mengikat atau memborgol kebebasan rakyat.

Di antara sebab-sebab itu adalah sistem sosial atau kebudayaan yang penuh dengan mentalitas feodal atau setengan feodal, yang tidak demokratis, yang membrangus kebebasan berfikir, yang melanggar HAM, yang masih belum terbebas dari sisa-sisa peradaban jaman abad pertengahan. Dalam banyak aksi-aksi rakyat di berbagai negara Arab yang makin banyak terjadi akhir-akhir ini (bahkan termasuk di Arab Saudi sendiri !!!) segala keburukan itu telah disuarakan oleh massa rakyat dengan berbagai cara.

Segala keburukan yang menimpa rakyat itu diperkuat atau diperparah oleh para penguasa, pemuka-pemuka masyarakat, dan politisi yang bermental korup dan reaksioner menghadapi kepentingan rakyat terbanyak, dengan menyalahgunakan agama atau mempermainkan ayat-ayat kitab suci untuk menutupi segala tindakan atau politik mereka yang merugikan kepentingan orang banyak dan hanya menguntungkan keluarga, kerabat, atau kelompok mereka saja.

Contoh yang gamblang tentang fenomena semacam ini kelihatan jelas dalam kasus presiden Ben Ali, yang berkuasa di Tunisia selama 23 tahun, dan kasus presiden Husni Mubarak yang mengangkangi Mesir selama 32 tahun. Sudah banyak tersiar berita bahwa Ben Ali terpaksa lari ke Jedah di Saudi Arabia bersama keluarganya dan membawa berton-ton mas. Sedangkan Husni Mubarak diberitakan telah mengumpulkan kekayaan yang seluruhnya berjumlah sampai 70 miliar dollar, yang tersebar di Inggris, Prancis, Spanyol, Jerman, Dubai dan banyak tempat lainnya.

Dampak turunnya Husni Mubarak dan Ben Ali

Dipaksanya Husni Mubarak meletakkan jabatan sebagai presiden Mesir akibat « pembrontakan » besar-besaran oleh jutaan orang selama 18 hari di Kairo dan berbagai kota Mesir merupakan kejadian yang amat besar pengaruhnya atau dampaknya di antara negara-negara Arab dan non-Arab di Timur Tengah.

Bukan saja karena Mesir berpenduduk paling besar di antara negara-negara Arab, yaitu sekitar 80 juta orang, melainkan juga karena sejarahnya yang kuno dan letaknya yang strategis di Timur Tengah dan Mediterranea, serta kedudukannya yang penting dalam masalah-masalah Palestina dan Israel.

Tumbangnya presiden Tunisia, Ben Ali, dan dipaksa turunnnya presiden Mesir Husni Mubarak oleh perjuangan rakyat mengindikasikan bahwa untuk melawan segala ketidakadilan dan merebut kebebasan ini mereka sudah melepaskan sama sekali rasa takut, yang selama berpuluh-puluh tahun membikin tunduk kepada para penguasa yang pada umumnya adalah reaksioner, korup, dan sering bertindak sewenang-wenang.

Kebangkitan massa rakyat di berbagai negara Arab yang demikian ini merupakan perkembangan yang penting dan besar artinya bagi banyak negara yang non-Arab dan berpenduduk Muslim di Asia, dan Afrika, atau berbagai bagian dunia lainnya, termasuk di Indonesia.

Pergolakan rakyat di Libia untuk menentang diteruskannya kekuasaan pemerintahan Kadhafi yang sudah berlangsung lebih dari 40 tahun dengan tangan besi, dan yang berselimut ajaran-ajaran Islam revolusioner (ingat « buku hijaunya » isi ajaran-ajaran Kadhafi yang meniru-niru « buku merah »-nya Ketua Mao) adalah satu contoh yang amat tipikal atau menonjol bagi perkembangan situasi di negara-negara Arab dan non-Arab yang berpenduduk agama Islam. Juga perkembangan di Iran, yang mulai menunjukkan kebangkitan massa rakyat (terutama dari kalangan muda), untuk menuntut dilaksanakan demokrasi sepenuhnya dan seluas-luasnya, dan untuk dipulihkannya kebebasan dan dihargainya HAM.

Dorongan untuk lahirnya pembaruan Islam

Pergolakan di negara-negara Arab dan di negara-negara yang berpenduduk Islam tapi non-Arab, akan merupakan fenomena sejarah dunia yang sangat penting untuk kehidupan banyak bangsa dan negara di dunia. Kiranya, dapat diramalkan bahwa pergolakan-pergolakan rakyat diberbaai negeri itu akan merupakan dorongan untuk lahinrya pembaruan Islam, atau modernisasi Islam, yang sesuai dengan kebutuhan ummatnya dijaman sekarang. Arah kejurusan inilah yang menjadi inspirasi atau tujuan massa rakyat yang sekarang sedang bergolak di banyak negara sekarang ini.

Dengan adanya Internet, dan dengan menggunakan fase-book, atau twitter, atau SMS lewat handphone, maka rakyat tidak bisa lagi terus-menerus dikekang atau ditutup mata dan telinga mereka tentang berbagai kejahatan para penguasa di negara mereka masing-masing.

Dari pengamatan terhadap aksi-aksi atau gerakan massa rakyat di berbagai negara Arab dan non-Arab maka hal yang menarik adalah banyaknya persamaan dalam isi dan tujuan gerakan mereka, yaitu yang mementingkan kebebasan atau demokrasi. Walaupun ada perbedaan dalam isi dan tujuan dari gerakan di banyak negara itu masing-masing, namun boleh dikatakan bahwa dalam hal kebebasan atau demokrasi pada pokoknya mereka sama.

Dalam slogan-slogan yang terdengar dalam aksi besar-besaran jutaan rakyat Tunisia dan Mesir terdengar lantang masalah kebebasan dan demokrasi ini. Bahkan ada yang mengatakan bahwa « revolusi kita bukannya revolusi untuk agama, melainkan untuk kepentingan rakyat, untuk demokrasi ».

Perkembangan yang perlu diperhatikan oleh kalangan Islam Indonesia

Hal lain yang patut diperhatikan yalah bahwa dalam gerakan massa rakyat di berbagai negara ini tidak banyak terdengar suara yang menuntut dilaksanakannya Syariah Islam, kecuali oleh kalangan fundamentalis yang juga terdapat menyelinap dalam gerakan-gerakan massa rakyat itu.

Itu semua merupakan hal-hal yang patut diperhatikan oleh berbagai kalangan di Indonesia. Sebab, banyak hal tentang pemerintahan negara-negara Arab dan penggunaan (lebih tepatnya : peyalahgunaan) agama, yang akhir-akhir ini terbongkar sisi-sisi gelapnya atau sifat-sifat buruknya. Kasus Ben Ali dan kasus Husni Mubarak sudah membuktikannya dengan gamblang, dan mungkin akan disusul oleh kasus Kadhafi dari Libia, kasus Bouteflika dari Aljazair, kasus Ali Abdullah Saleh dari Yaman, dan …. dan …seterusnya, masih banyak lagi.

Dari pengamatan selama ini kiranya kita semua dapat menarik kesimpulan bahwa tidak ada negara Arab yang bisa menjadi contoh bagi kehidupan bangsa dan negara kita. Boleh dikatakan bahwa di negara-negara Arab dan di berbagai negara non Arab yang berpenduduk Muslim tidak ada demokrasi, seperti halnya yang terdapat di banyak negara di dunia. Di banyak negara Arab, sistim politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan juga tidak dapat dikatakan maju, sehingga sekjen Liga Arab, Amir Musa menegaskan bahwa negara-negara Arab mengalami kemiskinan, pengangguran dan keterbelakangan.

Peran penting golongan muda dan kaum terpelajar

Megingat itu semua, adalah wajar, dan sudah seharusnya ( !!!) bahwa golongan muda dan kaum terpelajar di negara-negara tersebut bangkit secara besar-besaran bersama-sama untuk mendobrak segala macam belenggu dan membongkar berbagai rintangan dalam fikiran usang, kebiasaan kuno, dan peradaban yang tidak beradab, menuju kehidupan yang serba baik bagi ummat sesama.

Perjuangan mereka ini tidak gampang mengingat mentalitas yang serba negatif bagi kehidupan ummat ini sudah ditanamkan sejak ribuan tahun, dan turun-menurun dari generasi yang satu ke generasi lainnya. Dan di samping itu kekuatan kolot dan reaksioner itu masih bisa terus menyalahgunakan segala macam adat dan faham tua (termasuk agama) untuk mempertahankan status quo, dengan bersekongkol dengan kekuatan-kekuatan asing, terutama Amerika Serikat.

Masih terus bercokolnya kekuasaan militer di Mesir sesudah ditumbangkanya kekuasaan Husni Mubarak, dan masih lambatnya pembersihan sisa-sisa kekuasaan Ben Ali di Tunisia adalah contoh yang menunjukkan indikasi ke arah ini. Perjuangan rakyat Tunisia dan rakyat Mesir masih belum selesai dengan hanya menumbangkan Ben Ali dan Husni Mubarak saja !

Begitu pula halnya seandainya perjuangan rakyat Libia nantinya bisa mendepak Kadhafiatau perjuangan rakyat Yaman bisa mendongkel presiden Ali Abdalah Saleh. Dimana-mana akan terjadi banyak persoalan-persoalan baru, dan perjuangan baru, setelah penguasa-penguasa korup dan reaksioner digulingkan oleh gerakan-gerakan rakyat.

Era perjuangan untruk kebebsan dan demokrasi

Namun, betapa pun rumitnya situasi atau betapa pun ruwetnya persoalan di banyak negara-negara Arab (dan negara non-Arab yang berpenduduk Muslim) karena adanya perjuangan massa rakyat untuk menuntut kebebasan dan demokrasi, maka perspektifnya adalah perubahan dimana-mana.

Bisalah kiranya dikatakan bahwa sekarang inilah sudah dimulai era perjuangan untuk perubahan di negara-negara Arab (dan negara-negara non-Arab yang berpenduduk Muslim), Era perjuangan ini mengambil beragam bentuk dan melalui cara dan ritme yang bisa berbeda-beda, dan bisa pula makan waktu yang pendek atau lama.

Namun, era perjuangan untuk kebebasan dan demokrasi di negara-negara tersebut sudah tidak dapat dibendung lagi atau dicegah sama sekali. Perjuangan untuk kebebasan dan demokrasi itu sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan lagi dari jaman itu sendiri.

Hal yang demikian terlihat dalam adanya kebangkitan rakyat di Maroko melawan kekuasaan raja Muhmamad VI, mulainya perlawanan rakyat Jordania terhadap raja Abdalah II, pergolakan yang mulai muncul juga di Siria untuk menggugat presiden Basyar Al Assad. Sudah makin jelas bahwa prahara besar untuk perubahan sedang melanda di banyak negara-negara Arab.

Perjuangan yang sebagian terbesar atau pada pokoknya dimotori oleh generasi muda di berbagai negeri masing-masing adalah trobosan terhadap benteng atau pendobrakan kubu yang sudah memenjara otak dan hati sebagian ummat manusia sejak ribuan tahun yang lalu.

Oleh karena itu, seyogianyalah bahwa berbagai kalangan di Indonesia mengikuti dengan cermat perkembangan perjuangan rakyat berbagai negara Arab (dan non-Arab yang berpenduduk Muslim). Sebab, dalam proses perjuangan besar-besaran ini tentunya akan lahir pemikiran-pemikiran baru dan tindakan-tindakan baru untuk merubah segala yang lama yang sekarang sudah tidak dibutuhkan ummat di negara masing-masing, termasuk di Indonesia misalnya.

Banyak sedikitnya, dan lambat laun, akhirnya perubahan-perubahan besar di negara-negara Arab akan menimbulkan dampaknya juga di Indonesia, terutama di kalangan Islam. Dari sudut ini kelihatan bahwa pergolakan-pergolakan besar di negara-negara Arab, tidak saja akan mendatangkan kebaikan bagi rakyat-rakyat Arab, melainkan juga bagi rakyat-rakyat negara lainnya, termasuk bagi rakyat Indonesia.