19 November 2008 — 10 menit baca

Guru bangsa adalah Bung Karno dan bukanlah Suharto atau sejenisnya !!!

Pencantuman dalam iklan oleh PKS bahwa Suharto adalah guru bangsa menunjukkan bahwa partai yang di antara para tokoh -tokoh utamanya terdapat juga doktor Hidayat Nur Wahid MA (ketua MPR) telah melakukan “blunder” (bahasa Belanda, yang artinya kesalahan besar) yang tidak tanggung-tanggung. Kalau tidak merupakan “blunder”, tetapi memang betul-betul menjadi sikap politik (dan sikap moral) partai, maka berarti bahwa partai PKS (ma’af atas pemakaian kata-kata berikut ini ) menelanjangi dirinya sebagai partai yang dipimpin orang-orang yang imannya sesat atau garis politiknya keliru atau moralnya kurang sehat.(untuk tidak mengatakan dengan bahasa lebih polos : moralnya rusak).

Bahwa semua partai bisa saja melakukan kesalahan-kesalahan, dan juga bahwa ada saja kekeliruan yang bisa dima’afkan atau dibiarkan saja, itu bisa dimengerti oleh banyak orang.Namun, sekali lagi namun, kalau “Suharto adalah guru bangsa” ini menjadi keyakinan suatu partai (terutama sekali PKS atau Golkar) maka hal itu perlu bersama-sama dipersoalkan secara serius atau diprotes beramai-ramai. Karena, penggunaan kata “bangsa” di situ bisa diartikan bahwa seluruh bangsa menyetujui anggapan yang sesat demikian ini. Padahal, penyebutan “Suharto guru bangsa” merupakan racun yang betul-betul membahayakan kehidupan negara dan bangsa kita bersama, yang sekarang sudah makin abrul-adul ini.

Sebab, memberikan penghargaan “guru bangsa” yang begitu tinggi kepada Suharto adalah persoalan yang besar, yang tidak bisa kita anggap sebagai hal yang remeh-temeh saja. PKS boleh-boleh saja menganggap Suharto sebagai guru PKS, itu adalah hak PKS, atau urusan PKS. Bagi banyak orang hal yang demikian itu malahan makin mudah untuk melihat dengan lebih jelas apa sebenarnya dan bagaimana sebetulnya PKS itu. Dengan sikap PKS yang menganggap Suharto sebagai “guru bangsa” maka makin jelaslah arah orientasi politiknya dan juga makin gamblang standar moral yang dipakanya. Mengetahui lebih jelas dan lebih banyak tentang PKS adalah penting bagi kita untuk menghadapi perkembangan situasi politik di negeri di masa yang akan datang, termasuk mengantisipasi Pemilu yang akan datang. Demikian juga tentang Golkar.

Bung Karno tidak bisa disejajarkan dengan Suharto

Kita sama-sama sudah menyaksikan bahwa sejak proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia tahun 1945 sampai sekarang tidak ada tokoh yang betul-betul patut dan juga berhak untuk disebut sebagai guru bangsa selain Bung Karno. Memang, banyak juga tokoh-tokoh bangsa yang sudah berjasa besar, namun tidaklah ada seorang pun yang ketokohannya seagung atau setinggi Bung Karno. Sejarah hidup dan perjuangan Bung Karno sejak ia muda di tahun 20-an sampai wafatnya semasa dalam tahanan rejim Orde Baru-nya Suharto dengan jelas, dan meyakinkan, dan sulit dibantah, bahwa beliau adalah guru bangsa yang paling menonjol di antara para guru bangsa lainnya..

Karena kebesaran dan keagungannya sebagai guru bangsa yang demikian inilah Bung Karno sama sekali tidak bisa (dan tidak boleh !!!) disejajarkan atau disamakan dengan orang semacam Suharto, yang selama 32 tahun lebih terbukti sudah merusak negara dan bangsa kita, sehingga akibatnya masih sama-sama kita saksikan dan rasakan sendiri sampai sekarang dimana-mana di seluruh negeri kita. Bung Karno adalah jelas guru bangsa dan pahlawan nasional kita, tetapi sebaliknya, Suharto adalah maling besar dan pengkhianat rakyat. Dari banyak segi, kita bisa melihat jauhnya dan besarnya perbedaan antara Bung Karno dan Suharto.

Ketika Bung Karno sedang dalam pembuangan oleh pemerintahan kolonial Belanda di Bengkulu sampai sekitar tahun 40-an, Suharto sedang mengabdi kepada pemerintah Belanda sebagai serdadu KNIL (tentara kolinial). Artinya, ketika Bung Karno dengan gigih dan berani melawan kolonialisme Belanda, sehingga dipenjarakan dan dibuang ke Endeh dan Bengkulu, Suharto bekerja untuk musuh rakyat Indonesia, sebagai serdadu kolonial.

Isi buku “Dibawah Bendera Revolusi” Gagasan-gagasan besar Bung Karno sudah tercermin, dengan gamblang sekali, dalam tulisan-tulisan dan pidato-pidatonya dalam buku Dibawah Bendera Revolusi (jilid I dan II) dan juga dalam dua jilid buku Revolusi Belum Selesai (yang berisi kumpulan seratusan pidato-pidatonya yang kurang dikenal orang banyak karena telah diucapkannya sesudah terjadi G30S).

Agaknya, siapa pun yang sudah menyimak dan merenungkan isi buku-buku Dibawah Bendera Revolusi dan Revolusi Belum Selesai akan menjadi yakin bahwa Bung Karno adalah guru bangsa yang keunggulannya tidak ada bandingannya di Indonesia sampai sekarang, dalam tahun 2008 ini !!! Karena itu, sudah tiba waktunya, dan urgen pula, bagi berbagai kalangan dalam masyarakat kita (terutama generasi muda) untuk mengenal lebih banyak sejarah dan ajaran atau gagasan-gagasan besar Bung Karno. Ini semua penting untuk kehidupan negara dan bangsa kita, termasuk generasi kita yang akan datang. Mengingat situasi di tanah-air kita dewasa ini, terasa sekalilah kebutuhan adanya pedoman yang bisa dipakai rakyat banyak..

Ketika negara dan rakyat kita sedang menghadapi kekosongan pimpinan nasional yang bermartabat tinggi, yang sangat berwibawa, dan bisa menjadi panutan atau contoh bagi seluruh bangsa – seperti yang kita alami dewasa ini – maka nyatalah bahwa mempelajari (dan berusaha melaksanakannya) berbagai ajaran Bung Karno adalah hal yang sangat diperlukan oleh banyak kalangan dan golongan. Sebab, situasi yang semrawut dan brengsek di negeri kita, yang disebabkan oleh berbagai krisis multi-dimensional (moral, politik, ekonomi, sosial, yang mengakibatkan banyaknya korupsi dan masalah-masalah parah lainnya) tidak akan bisa diatasi dengan politik dan praktek yang sudah dipakai selama 32 tahun Orde Baru dan lebih dari 10 tahun masa pasca-Suharto dan oleh orang-orang lama yang pada pokoknya adalah produk era Suharto.

Kekosongan tokoh besar di negeri kita

Kiranya, kita semua bisa meramalkan bahwa negara dan bangsa kita tidak akan mungkin bisa diperbaiki secara besar-besaran dan secara drastis, selama pimpinan negara, pemerintahan, dan lembaga-lembaga pentingnya (umpamanya : MPR, DPR, DPRD, Mahkamah Agung, Kejaksaan Agung, TNI dan Polisi) masih tetap dikangkangi oleh orang-orang yang orientasi politiknya adalah seperti yang sudah dianut selama lebih dari 40 tahun dan bermental Orde Baru. Kita juga tidak bisa mengharapkan terlalu banyak dari hasil Pemilu yang akan datang, yang hanya akan melahirkan orang-orang semacam itu juga, yang akan menjalankan politik dan sistem yang itu itu juga.

Selama lebih dari 40 tahun (artinya, hampir setengah abad) rakyat dan negara kita sudah kehilangan Bung Karno, guru bangsa beserta ajaran-ajarannya yang revolusioner, sebagai akibat pengkhianatan Suharto dan golongan militer yang bekerjasama dengan kekuatan imperialis (terutama AS). Selama masa yang panjang itu pulalah kita semua merasakan adanya kekosongan tokoh besar yang bisa jadi panutan bangsa, yang bisa melahirkan ajaran-ajaran dan pemikiran untuk bisa dijadikan pedoman seluruh bangsa. Kita melihat bahwa selama itu tidak ada tokoh-tokoh besar Golkar dan militer atau tokoh-tokoh partai dan golongan pendukung Orde Baru lainnya yang bisa melahirkan gagasan-gagasan sebesar yang pernah diciptakan Bung Karno.

Kalau kita amati situasi dalam negeri dan luar negeri dewasa ini, yang sedang dilanda berbagai masalah besar dan parah dalam bidang keuangan, ekonomi, dan sosial, dan kita simak kembali berbagai buku tentang Bung Karno nyatalah bahwa, pada pokoknya, banyak ajaran atau gagasan beliau mengenai persoalan-persoalan Indonesia dan dunia, masih tetap relevan atau cocok untuk dipakai sebagai pedoman. Krisis besar atau kebangkrutan sistem kapitalisme , yang jadi sasaran perjuangan Bung Karno sejak muda, sedang melanda berbagai negeri di dunia. Perang di Irak dan Afganistan, atau Timur Tengah lainnya, dan perjuangan melawan neo-liberalisme juga membenarkan sebagian visinya.

Selama kehidupannya sebagai pejuang politik revolusioner sejak muda sampai wafatnya sesudah didongkel Suharto beserta golongan militer pendukungnya, Bung Karno telah melahirkan banyak pemikiran-pemikiran yang sangat penting bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan kolonialisme Belanda, merebut kemerdekaan nasional, mempersatukan seluruh bangsa Indonesia, menjaga keutuhan Republik Indonesia, menggalang setiakawan rakyat-rakyat berbagai negeri dalam melawan nekolim, menciptakan syarat-syarat untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

Untuk itu semua ia tidak henti-hentinya telah mengadakan berbagai kegiatan, dengan tujuan untuk menyadarkan banyak orang tentang pentingnya persatuan berbagai golongan , mengajak rakyat berjuang, meneruskan nation and character building, dan selalu mengobarkan semangat rakyat untuk melanjutkan revolusi yang belum selesai. Kegandrungan Bung Karno terhadap persatuan bangsa kita yang terdiri dari beragam suku dan agama, dan kecintaannya kepada rakyat banyak, kepeduliannya terhadap penderitaan wong cilik, tercermin dengan gamblang sekali dalam banyak tulisan dan pidato-pidato beliau.

Pancasila dan Nasakom dan sosialisme yang di Indonesiakan

Gagasan-gagasan besar beliau untuk mempersatukan rakyat ini dapat ditelusuri kembali oleh siapa saja dalam pidato beliau yang sangat bersejarah ketika memperkenalkan Pancasila untuk pertama kalinya dalam tahun 1945 (hari lahirnya Pancasila 1 Juni). Oleh karena Pancasila secara jahat dan busuk telah disalahgunakan oleh rejim militer Suharto dkk selama puluhan tahun, maka banyak orang dewasa ini tidak bisa betul-betul menghayati jiwa agung yang terkandung di dalamnya. Itulah sebabnya, maka sekarang ini penting sekali bagi tokoh-tokoh berbagai kalangan dan golongan (terutama dari angkatan muda) , dari mana pun juga, untuk mendalami kembali ajaran-ajaran Bung Karno mengenai Pancasila.

Dalam menjelaskan isi atau arti Pancasila, Bung Karno berkali-kali mengatakan bahwa Pancasila adalah pedoman untuk mempersatukan bangsa, bahwa Pancasila kalau diperas maka menjadi gotong-royong. Bung Karno juga mengatakan bahwa Pancasila adalah kiri. Pancasila memperjuangkan keadilan sosial dan peri-kemanusiaan. Karena itu, Pancasila juga mengandung unsur-unsur sosialisme, sosialisme à la Indonesia.Untuk melaksanakan Pancasila dan merealisasikan Bhinneka Tunggal Ika itulah Bung Karno juga kemudian memperkenalkan konsepsi besarnya tentang NASAKOM dan sosialisme yang di Indonesiakan.

Sebagai Kepala Negara dan Pemimpin Besar Revolusi, Bung Karno telah menuangkan gagasan-gagasan besarnya dalam pidatonya di Konferensi Asia Afrika di Bandung (tahun 1955), pidatonya di depan sidang umum PBB “To build the world anew” (September 1960) , pidatonya dalam KTT Non-blok , pidatonya di depan Afro-Asian Journalists Association (PWAA, dalam tahun 1963), pidatonya di depan KIAPMA (Konferensi Internasional Anti Pangkalan Militer Asing, di Jakarta, dalam tahun 1965).

Karena pentingnya peran Bung Karno bagi perjuangan rakyat Indonesia, dan juga bagi rakyat berbagai negeri itulah maka citranya menjulang tinggi di banyak negeri di berbagai benua, terutama di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Itulah sebabnya nama Bung Karno dapat disejajarkan dalam deretan nama orang-orang besar (pada jamannya waktu itu), seperti Nelson Mandela (Afrika Selatan), Julius Nyerere (Tanzania), Kwame Nkrumah (Ghana), Patrice Lumumba (Conggo), Sekou Touré (Guinea), Ben Bella (Aljazair), Gamal Abdul Nasser (Mesir), Josip Broz Tito (Yugoslavia), Mossadegh (Iran), Nehru (India), Ali Jinnah (Pakistan), Bandaranaike (Srilanka-Ceylon dulu), Souphana Phouma (Laos), Ho Chi Minh (Vietnam), Norodom Sihanouk (Kamboja), Mao Tse-tung dan Chou En-lai (Tiongkok), Kim Il-sung (Korea), Fidel Castro (Kuba). Dari hal-hal itu semua dapatlah sudah disimpulkan bahwa guru besar bangsa, yang bernama Sukarno itu, adalah tokoh terbesar dalam sejarah Indonesia pada masa kini. Jasanya adalah luar biasa besarnya bagi rakyat Indonesia, yang sudah diperlihatkan sepanjang hidupnya. Kalau mengingat itu semuanya, maka bisa dimengertilah bahwa banyak orang menjadi marah kepada Suharto dan konco-konconya (di dalam negeri dan di luar negeri) yang telah mengkhianatinya. Pengkhianatan besar terhadap bapak bangsa dan guru bangsa ini patut dikutuk oleh rakyat, dan dicatat dalam sejarah bangsa, sehingga diketahui oleh generasi yang akan datang.

Bung Karno adalah pengejawantahan Pancasila Setelah negara dan bangsa kita dibikin bobrok seperti sekarang ini oleh rejim militer Suharto beserta orang-orang yang bermental Orde Baru, maka nyatalah sekali adanya kebutuhan yang mutlak dan mendesak munculnya tokoh yang bisa meneruskan perjuangan besar Bung Karno. Sekarang terdapat makin banyak bukti bahwa negara dan bangsa kita tidak akan bisa menjadi baik selama masih dikelola oleh orang-orang Golkar atau kalangan lainnya yang bermental Orde Barunya Suharto dan anti-Sukarno. Negara dan bangsa kita memerlukan orang-orang baru, pemimpin-pemimpin baru (terutama dari kalangan muda), yang bisa mengadakan perbaikan besar-besaran atau perobahan drastis, demi kepentingan rakyat banyak, dengan politik baru pula. Hugo Chavez dari Venezuela dan Evo Morales dari Bolivia bisa dijadikan contoh.

Agaknya, sudah makin jelas sekarang, bahwa orang atau kalangan yang anti-Sukarno adalah pada hakekatnya atau pada intinya juga anti-Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Juga makin jelas, bahwa orang yang betul-betul menjiwai Pancasila dan menjunjung tinggi-tinggi Bhinneka Tunggal Ika tidak akan bersikap anti-Sukarno. Tidak bisa lain ! Sebab, sekali lagi perlu diulangi, bahwa Bung Karno adalah pengejawantahan atau penjelmaan Pancasila itu sendiri, dan bahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah satu dan senyawa dengan Bung Karno !!!