17 September 2003 — 9 menit baca

Golkar perusak Republik Indonesia

Makin dekat dengan Pemilu 2004 makin banyak orang bicara soal Golkar. Adalah suatu hal yang baik sekali bahwa makin banyak orang bicara soal Golkar. Sebab, masalah Golkar dan masalah Pemilu adalah soal penting bagi kehidupan bangsa dan negara kita. Perkembangan politik di negeri kita akan - banyak sedikitya - dipengaruhi oleh bagaimana perkembangan partai Golkar. Oleh karena itu, patutlah kiranya masalah ini kita jadikan renungan bersama. Adalah amat penting bagi bangsa kita, baik bagi generasi yang sekarang maupun generasi yang akan datang, untuk mengetahui dengan jelas apa sebenarnya arti partai Golkar ini bagi Republik Indonesia. Sebab, sekarang ini, masih cukup banyak orang yang menganggap bahwa partai Golkar bisa mendatangkan kebaikan bagi bangsa dan negara kita. Sedangkan sebagian orang lainnya lagi, sudah tidak menaruh harapan atau kepercayaan sama sekali terhadapnya.

Oleh karena itu, munculnya berbagai macam tulisan mengenai Golkar adalah sangat penting. Pada waktunya, suatu penyelidikan ilmiah yang mendalam tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan Golkar perlu sekali dilakukan, baik oleh berbagai kalangan (misalnya : universitas, LSM, Ornop, atau para pakar di bidang masing-masing) di Indonesia maupun di luarnegeri. Hasil riset yang serius mengenai Golkar ini akan merupakan suatu sumbangan besar bagi bangsa kita untuk menempatkan Golkar pada tempat yang sepadan.

Seperti kita ketahui, Golkar pada pemilu 1999 memperoleh suara 22 % suara. Ini merupakan kemerosotan yang jauh sekali dari pada pemilu-pemilu sebelumnya. Karena, dalam pemilu yang terakhir (yaitu dalam 1997) partai Golkar memperoleh suara sebanyak 70,2%, sedangkan dalam pemilu-pemilu sebelumnya juga sekitar 60 sampai 70%. Contohnya, dalam pemilu tahun 1987 Golkar dapat menguasai (secara mutlak !!!) 299 kursi dalam DPR, sedangkan PPP 60 kursi dan PDI hanya 41. Karena dalam jangka yang lama sekali DPR terdiri dari 500 anggota, sedangkan dari jumlah ini 100 adalah wakil yang diangkat dari kalangan militer, maka DPR selama puluhan tahun ada dalam cengkeraman Golkar dan militer. Dapatlah sekarang kita lihat dengan lebih jelas bahwa dengan dikuasainya bidang eksekutif, legislatif dan judikatif oleh Golkar dan militer, maka Republik Indonesia waktu itu dikuasai oleh suatu rezim yang menyerupai mafia.

Golkar yang sudah ikut memerintah selama lebih dari 30 tahun bisa menguasai dana yang banyak dan mengelola jaring-jaringan kekuasaan yang luas. Birokrasi di Indonesia, dari pemerintahan pusat sampai pemerintahan daerah (sampai kabupaten dan kecamatan, bahkan kelurahan) masih banyak yang disusupi oleh unsur-unsur Orde Baru (terutama Golkar). Pendukung partai Golkar masih lumayan besarnya, terutama di luar Jawa. Bahwa reformasi tidak jalan sama sekali, atau penyakit-penyakit lama Orde Baru masih berkecamuk sampai sekarang, adalah disebabkan masih banyaknya sisa-sisa kekuatan rezim militer di berbagai bidang. Banyaknya persoalan dalamnegeri yang tidak bisa diselesaikan atau diurus dengan baik adalah juga disebabkan peran yang dimainkan oleh partai Golkar.

Golkar Adalah Pada Hakekatnya Orde Baru

Sudah terbukti, selama lebih dari 32 tahun, bahwa Golkar pada hakekatnya adalah Orde Baru. Dan sudah sama-sama kita saksikan selama ini bahwa Orde Baru adalah Golkar ditambah TNI-AD (sebagian). Golkar telah dilahirkan, dalam tahun 1964, oleh kalangan militer. Pada waktu itu, untuk menghadapi kekuatan PKI (dan Bung Karno), golongan militer (Letkol Suhardiman dkk dari SOKSI) menghimpun berpuluh-puluh organisasi pemuda, wanita, sarjana, buruh, tani, nelayan dll dalam Sekber Golkar (Sekretariat Bersama Golongan Karya)

Sesudah terjadinya G30S maka Sekber Golkar, dengan dukungan sepenuhnya dari pimpinan militer (Suharto dkk), melancarkan aksi-aksinya untuk melumpuhkan mula-mula kekuatan PKI, kemudian juga kekuatan Bung Karno. Pada dasarnya, Golkar dan TNI-AD merupakan tulang punggung rezim militer Orde Baru-nya Suharto dkk. Semua politik Orde Baru diciptakan dan kemudian dilaksanakan oleh pimpinan militer dan Golkar. Jadi, jelaslah bahwa Golkar (dan pimpinan militer) bertanggungjawab terhadap berbagai kesalahan dan kejahatan politik Orde Baru selama 32 tahun. Dan, kesalahan dan kejahatan politik para penguasa rezim militer terhadap bangsa dan negara kita adalah besar sekali dan juga serius sekali. Karena, kejahatan ini dilakukan secara besar-besaran dan dalam jangka waktu yang lama sekali pula.

Selama lebih dari 30 tahun Golkar sudah ikut memerintah Republik Indonesia, dan selama itu banyak kerusakan atau pembusukan yang telah terjadi. Kalau kita teliti secara cermat dan mendalam, maka akan nyatalah bagi kita semua bahwa selama Golkar memegang peran penting dalam pemerintahan, tidak ada prestasi besar yang dilakukannya bagi kehidupan bangsa. Apa yang dibangga-banggakan sebagai “pembangunan” selama itu adalah nyatanya hanya “semu” saja. Gedung-gedung mewah memang banyak berdiri di kota-kota besar (terutama Jakarta) dan jalan-jalan juga banyak yang mulus dan buta-huruf bisa dibrantas. Tetapi, hasil “pembangunan” ini kalau dibandingkan dengan kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh Orde Baru (Golkar) di berbagai bidang (terutama di bidang moral) adalah kecil sekali. Buktinya dapat kita saksikan dengan jelas dewasa ini di seluruh negeri.

Kerusakan Dan Pembusukan Oleh Golkar

Selama lebih dari 32 tahun Orde Baru (artinya : Golkar ditambah pimpinan militer) tidak melahirkan atau memunculkan tokoh-tokoh besar bangsa, yang bisa dijadikan kebanggaan atau panutan bersama. Nama-nama seperti Suharto, Habibi, Sudharmono, Ibnu Sutowo, Ali Murtopo, Ginanjar Kartasasmita, Harmoko, Akbar Tanjung, Marzuki Darusman, adalah nama-nama para “tokoh” yang tidak bisa dibanggakan bangsa.

Golkar tidak menciptakan konsepsi-konsepsi besar atau gagasan-gagasan yang betul-betul gemilang bagi bangsa di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan. Apa yang telah terjadi selama Golkar menyelenggarakan Orde Baru adalah sebaliknya. Kerusakan-kerusakan besar atau pembusukan parah terjadi di segala bidang. Ini kita saksikan bukan saja di Jakarta, tetapi juga di daerah-daerah. Pembusukan ini terjadi tidak saja di bidang eksekutif, tetapi juga menyerang secara parah sekali bidang legislatif dan judikatif. Banyaknya cerita tentang tetap merajalelanya KKN, money politics dalam pemilihan gubernur dan bupati, penggelembungan anggaran belanja, “mark up” yang keterlaluan dalam order-order, penggelapan dana sosial, adalah sebagian kecil saja dari bukti tentang parahnya penyakit yang sedang disandang bangsa kita.

Golkar Yang Tidak Berobah

Sekarang rezim militer Orde Baru sudah dinajiskan oleh rakyat, tetapi partai Golkar yang pernah jadi tulang-punggungnya masih hidup dan aktif menjalankan berbagai kegiatannya Pertanyaan yang patut diajukan : Apakah Golkar yang sekarang bukan Golkar yang dulu juga, atau : apakah Golkar yang sekarang berbeda sama sekali dari Golkar yang menjadi tulang punggung Orde Baru? Jawabannya : tidak, Golkar yang sekarang adalah pada pokoknya masih sama dengan Golkar yang dulu juga. Golkar - yang sekarang - tidak pernah secara tegas dan jujur atau tulus (dan nyata!) menyatakan :

  • bahwa dukungannya kepada rezim militer Suharto dkk adalah salah,
  • bahwa partisipasinya dalam Orde Baru adalah dosa besar,
  • bahwa Golkar telah ikut melakukan berbagai kejahatan terhadap negara dan bangsa selama lebih dari 32 tahun,
  • bahwa Golkar mengutuk sendiri berbagai kesalahan atau kejahatan yang sudah dilakukannya.

Kenyataan-kenyataan inilah yang sekarang ini harus dicermati dan direnungkan oleh berbagai kalangan, dalam menghadapi beraneka-ragam kegiatan partai Golkar menjelang pemilu. Sebab, sekarang makin jelas bahwa unsur-unsur pro Orde Baru yang terhimpun dalam partai Golkar dan juga yang tersebar di mana-mana (termasuk dalam partai-partai lainnya) sedang menyusun kekuatan untuk berusaha memenangkan partai Golkar dalam pemilu yad.

Kita semua tidak boleh meremehkan kemampuan kekuatan Orde Baru untuk “come back”, mengingat bahwa sisa-sisa kekuatan ini masih besar sekali, dan menguasai dana dan jaring-jaringan yang luas sekali, berkat kekuasaan yang telah dicengkeramnya selama puluhan tahun. “Kebesaran” atau “kemegahan” Golkar di masa yang lalu bisa merupakan modal untuk come-backnya, tetapi justru “kebesaran” atau “kemegahan” di masa lalu ini jugalah yang merupakan kelemahan Golkar di masa kini. Sebab, “kebesaran” Golkar di masa Orde Baru adalah “kebesaran” yang dibangun atas dasar teror, atas dasar pencekekan kehidupan demokratis, atas pelanggaran HAM secara besar-besaran, atas dasar sistem mafia di semua bidang. Artinya, seperti kita saksikan sendiri selama ini (baik di Jakarta maupun di daerah-daerah), ternyata di balik “kemegahan” Golkar ini justru terhimpun segala macam kejahatan politik dan pembusukan moral (ingat : rekayasa dalam pemilu, KKN yang dilakukan oleh tokoh-tokoh Golkar, pembusukan di bidang hukum dan peradilan, rendahnya moral di kalangan DPR dan DPRD).

Golkar Adalah Perusak Republik Indonesia

Jadi, sebenarnya sudah jelas bahwa berdasarkan pengalaman lebih dari 32 tahun partai Golkar adalah perusak Republik Indonesia. Oleh karenanya, sekarang ini, adalah ilusi saja bahwa dari partai Golkar bisa diharapkan datangnya pembaruan di berbagai bidang. Dari pengalaman negatif yang lebih dari 32 tahun, bisalah kiranya dipastikan bahwa partai Golkar akan mengulangi - dalam bentuk baru atau bungkus yang lebih dipercantik – politik dan praktek yang sudah biasa dipakainya selama masa Orde Baru. Partai Golkar telah menjadi besar - atau dibesarkan - berkat adanya politik dan praktek semacam ini. Politik dan praktek menyokong rezim militer Orde Baru inilah yang merupakan modal Partai Golkar.

Adalah sikap “tak tahu diri” yang keterlaluan bahwa para simpatisan Orde Baru masih berani melakukan terus kegiatan politik dengan memakai nama Golkar. Sikap mereka ini juga merupakan penghinaan besar terhadap ingatan bangsa Indonesia, yang sudah begitu lama ditipu dengan berbagai cara dan rekayasa oleh para “tokoh” yang mengibarkan bendera Golkar. Selama puluhan tahun sudah terbukti bahwa para tokoh Golkar (memang, tidak semuanya!) adalah oknum-oknum yang patriotisme kerakyatan mereka patut dipertanyakan, atau yang ketulusan pengabdian mereka kepada rakyat patut disangsikan. Banyak di antara tokoh-tokoh Golkar ini yang dalam kegiatan-kegiatan mereka hanya mengejar kedudukan, pangkat, kekuasaan, kekayaan pribadi, dengan menempuh cara-cara nista dan haram.

Mengingat itu semua, jelaslah kiranya bahwa bangsa Indonesia tidak bisa (dan tidak boleh!) mengharapkan sesuatu yang besar dan positif dari partai Golkar untuk mengatasi berbagai kesulitan dan kerumitan dewasa ini, dan di kemudian hari. Landasan atau dasar didirikannya Golkar adalah sesuatu yang tidak luhur dan mulia. Oleh karenanya, apa yang tumbuh dari landasan yang buruk ini pastilah tidak mungkin luhur dan mulia pula. Keluhuran dan kemuliaan bangsa dan negara adalah justru bertentangan dengan tujuan dan cita-cita dasar para tokoh pendiri dan pembina Golkar. Marilah sama-sama kita perhatikan. Kelakuan dan kehidupan pribadi maupun praktek kegiatan mereka di masa panjang yang lalu - maupun masa kini – memberikan bukti-bukti nyata kepada kita tentang itu semua.

Golkar sudah merusak Republik Indonesia. Akibat kerusakan ini dapat kita saksikan sendiri dewasa ini. Sebagian terbesar kesulitan-kesulitan parah yang dihadapi bangsa kita dewasa ini di bidang eksekutif, legislatif, judikatif, dan juga di bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, pendidikan, hukum, moral, adalah hasil atau akibat yang ditimbulkan oleh politik Golkar selama puluhan tahun. Kerusakan ini akan berlangsung terus, mungkin dalam bentuknya yang baru, kalau Golkar “dapat angin” lagi berupa perolehan suara yang besar dalam pemilu yad. Kemenangan Golkar, sekecil apapun, akan tidak menguntungkan bangsa kita, baik generasi yang sekarang maupun generasi yang akan datang. Inilah yang harus kita renungkan bersama.