06 Februari 2006 — 10 menit baca

Dapatkah presiden Hugo Chavez dijatuhkan oleh Washington ?

Barangkali, dalam masa dekat ini akan terjadi hal-hal serius sekali di Amerika Latin dengan makin memuncaknya pertentangan terbuka antara AS dan Venezuela, sebagai akumulasi dari ketegangan antara kedua pemerintahan yang sudah bertumpuk-tumpuk sejak terpilihnya Hugo Chavez dalam tahun 1998 sebagai presiden kiri dan anti-imperialis AS. Kalau perkembangan ini makin memburuk lagi, maka, cepat atau lambat, akan terjadi pergolakan yang besar sekali, yang dampaknya akan bisa menggoncangkan situasi di berbagai negeri Amerika Latin. Berikut ini disajikan sejumlah bahan-bahan untuk kita renungkan bersama:

Sebagai perkembangan terbaru dalam hubungan yang sudah bertahun-tahun memburuk ini adalah pengusiran pemerintah Venezuela terhadap atase Angkatan Laut AS di Caracas karena dituduh melakukan spionase. Pengusiran ini diumumkan presiden Hugo Chavez tanggal 2 Februari pada kesempatan upacara peringatan 7 tahun kedudukannya sebagai kepala negara. Pengumuman pengusiran atase Angkatan Laut AS ini diiringi dengan perintahnya kepada seluruh angkatan bersenjata Venezuela untuk siap menghadapi segala kemungkinan dan mempertinggi kesiagaan.

Sebagai salah satu pertanda bahwa permusuhan antara pemerintah AS dan Venezuela sudah mencapai titik yang puncak ialah diucapkannya pernyataan oleh Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld (tanggal 2 Februari itu juga), yang menyamakan presiden Hugo Chavez sebagai Hitler. “Di Venezuela ada Chavez yang menguasai banyak uang yang diperolehnya dari minyak. Ia dengan secara legal telah terpilih, seperti halnya Hitler yang terpilih juga secara legal. Ia sekarang mengkonsolidasi kekuasaannya dan bekerja erat dengan Fidel Castro, Evo Morales, dan lain-lainnya.” kata Rumsfeld (Associated Press, 3/2/06)

Untuk membalas tindakan Venezuela, tanggal 3 Februari 2006 pemerintah AS juga telah mengusir seorang diplomat senior yang bekerja di Kedutaan Besar Venezuela di AS. Fihak pemerintah Venezuela menganggap tindakan pemerintah AS ini bukan atas dasar resiprositas (tindakan timbal balik), melainkan tindakan pembalasan berdasarkan politik semata-mata. Karena, kalau kesalahan atase Angkatan Laut AS yang diusir ini jelas berdasarkan bukti bahwa ia melakukan spionase, maka pemerintah AS tidak bisa membuktikan kesalahan diplomat senior Venezuela itu.

“Perang pernyataan” antara pembesar-pembesar AS dan Venezuela ini dibikin lebih meruncing lagi dengan serangan balik Wakil Presiden Venezuela, Jose Vicente Rangel (3/2/06) bahwa Presiden Bush adalah “ Hitler dari Amerika Utara”. Jose Vicente Rangel menyamakan pemerintahan AS sebagai Reich (negara) ketiganya Hitler, dan menuduh Wakil Presiden AS Dick Cheney melakukan perdagangan gelap dengan perang, dan juga menyebutkan Rumsfeld (menteri pertahanan AS) sebagai pelaku kejahatan dan penjual senjata. Sementara itu presiden Hugo Chavez memperingatkan bahwa personil-personil militer di Kedutaan AS di Caracas (21 orang) akan disuir juga kalau terlibat terus dalam kegiatan spionase.

HUGO CHAVEZ MAKIN DEKAT DENGAN KUBA

Bahwa sosok Hugo Chavez makin jelas menonjol sebagai presiden yang sangat dibenci oleh pembesar-pembesar di Washington adalah juga kelihatan dari kunjungannya tanggal 3/2/06 ke Havana (Kuba). Kunjungan ini dilakukan sesudah memuncaknya ketegangan antara pemerintah AS dan Venezuela. Sebab, tokoh yang disamakan dengan Hitler oleh Menteri Pertahanan AS itu ternyata malah disambut dengan upacara megah dan besar-besaran oleh Fidel Castro, sebagai pahlawan anti-imperialis.

Hugo Chavez diundang ke Havana untuk menerima penghargaan dari UNESCO yang bernama Hadiah Internasional Jose Marti 2005, di depan 200 000 hadirin yang berkumpul di Plaza Revolusi. Jose Marti adalah pahlawan nasional Kuba yang meninggal dalam tahun 1895 ketika terjadi perang pembebasan dengan Spanyol. Banyak mahasiswa dari Bolivia dan negeri-negeri lainnya yang sedang belajar kedokteran di Kuba dengan gratis, juga hadir dalam pertemuan besar ini.

Sebelum upacara penghargaan Hadiah Internasional Unesco, Hugo Chavez membuka pameran buku yang di-dedikasikan kepada Venezuela. Pada kesempatan inilah Hugo mengatakan bahwa Kuba adalah ”bangsa yang rakyatnya saya cintai sebagai milik sendiri (a nation of people I love as my own). Setiap hari saya mencintai Kuba lebih banyak lagi (every day I love Cuba more)”, kata Chavez. (Associated Press, 3/2/06)

Hadiah Internasional Jose Marti diciptakan oleh UNESCO dalam tahun 1994, atas inisiatif Kuba, untuk memberikan penghargaan kepada perseorangan atau institusi yang berjasa bagi persatuan dan integrasi negeri-negeri Amerika Latin dan Karibean. Hadiah ini ditentukan oleh satu juri internasional yang terdiri dari 7 orang terkemuka dari berbagai negeri. Penerima hadiah Jose Marti yang sebelumnya adalah sosiolog Meksiko Pablo Gonzales Casanova dan pelukis Ekuador yang ternama Oswaldo Guayasamin.

Dapat diperkirakan bahwa pemberian penghargaan Hadiah Internasional Jose Marti oleh UNESCO kepada Hugo Chavez, yang diadakan dengan upacara besar-besaran di Havana ini mengandung arti penting dalam pertentangan antara pemerintah AS dan Venezuela-Kuba serta berbagai negeri Amerika Latin lainnya. Jangkauan kumandangnya akan jauh. Inilah yang makin tidak menguntungkan citra dan pengaruh AS di Amerika Latin, yang sekarang sudah makin jatuh merosot.

REVOLUSI UNTUK PEMBEBASAN TANAH DAN MANUSIA

Melihat sikap politik presiden Hugo Chavez sejak ia menjadi presiden Venezuela, dari berbagai penjuru ada pertanda-pertanda bahwa pemerintahan Washington tidak senang dengan terpilihnya perwira parasutis anti-Amerika dalam pemilihan demokratis yang diselenggarakan tahun 1998 itu (dengan kemenangan yang besar sekali, yaitu 56% dari seluruh suara). Karena, Hugo Chavez mendasarkan politik pemerintahannya menurut cita-cita dan prinsip-prinsip Simon Bolivar, tokoh nasionalis revolusioner anti penjajahan Spanyol, yang dikagumi oleh rakyat-rakyat berbagai negeri Amerika Latin.

Oleh Hugo Chavez garis politik yang diinspirasi oleh gagasan-gagasan besar Simon Bolivar itu kemudian dikembangkan jadi garis revolusioner untuk mengubah negeri, pemerintahan dan masyarakat Venezuela. Revolusi Bolivarian ini disebut juga sosialisme Bolivarian, atau sosialisme revolusioner dan demokratik, atau sosialisme partisipatif, yang kemudian juga dinamakan sosialisme abad ke-21. Sosialismenya Hugo Chavez mengakui perlunya pluralisme politik. Menurut kata-kata Hugo Chavez:” Kita sebutkan Bolivarian, tetapi itu adalah sosialisme. Kita harus menciptakan kembali sosialisme” (Nous l’appelons bolivarienne, mais c’est du socialisme. Nous devons réinventer le socialisme. – Latin Reporter 2/5/05).

Dengan politik revolusioner inilah Hugo Chavez muncul sebagai pemimpin rakyat Venezuela yang jauh sekali berbeda dengan kebanyakan pemimpin-pemimpin selama 500 tahun, yang terdiri dari orang-orang kulit putih keturunan kaum “conquistador” (penakluk) Spanyol. Bagi 80% rakyat Venezuela, yang kebanyakan berkulit berwarna (cokelat), Hugo Chavez dipandang sebagai Nelson Mandela mereka, yang akan menghancurkan “apartheit” yang memaksa jutaan orang Venezuela hidup dalam gubug-gubug atau rumah-rumah sederhana di bukit-bukit di atas Caracas, ibukota Venezuela.

Sejak bulan Januari 2005 presiden Hugo Chavez melancarkan “perang” terghadap ‘latifundia” (pemilikan tanah secara luas sekali). Sebab, menurut angka-angka resmi, 5% dari penduduk Venezuela (kebanyakan berkulit putih) memiliki 80% luas tanah, baik yang di perkotaan maupun pedesaan dan pertanian. Kampanye Hugo Chavez untuk masalah ini berselogan : “Pembebasan untuk tanah dan manusia. Lawan latifundia!”. Ia juga berkali-kali menyatakan bahwa: “Perang terhadap latifundia ini adalah isi pokok dari revolusi Bolivarian. Revolusi yang tidak memperbaiki pemilikan tanah, yang tidak memberikan tanah untuk petani, tidak memberikan tanah kepada yang mengerjakan, tidak bisa menamakan diri lagi revolusi” kata Hugo Chavez.

Hugo Chavez juga mengintroduksi jaminan sosial untuk rakyat miskin, dan melancarkan gerakan yang diberi nama Mission Guaicaipuro yang bertujuan untuk melindungi kehidupan, agama, tanah, adat, dan hak-hak azasi penduduk asli, yang kebanyakan terdiri dari suku Indian. Gerakan-gerakan lainnya diberi nama Mission Robinson (untuk pembrantasan buta-huruf bagi 1,5 juta orang dewasa), Mission Sucre (untuk pemuda-pemuda melanjutkan sekolah), Mission Ribas (untuk jutaan anak-anak yang putus sekolah), Mission Barrio Adentro (untuk mendirikan dan memperlengkapi rumahsakit dan klinik di seluruh negeri).

HUGO CHAVEZ ORANG BERBAHAYA BAGI WASHINGTON

Meskipun Hugo Chavez baru muncul sebagai presiden terpilih Venezuela dalam tahun 1998, tetapi makin jelas bahwa ia dianggap salah satu di antara pemimpin kiri anti-imperialis AS yang paling berbahaya di mata Washington. Sebab, ia berkuasa di negeri yang penduduknya cukup besar, yaitu sekitar 25 juta orang, dan kaya sekali dengan minyak bumi. Produksi minyak Venezuela per harinya berkisar sekitar 2,7 juta barrel dan sebagian terbesar dari padanya diekspor. Sebanyak 80% dari seluruh pendapatan dari ekspor berasal dari sektor minyak. Kira-kira 12% sampai 14% dari seluruh impor minyak AS berasal dari Venezuela. Venezuela merupakan penghasil minyak nomor 5 di dunia, sesudah Saudi Arabia, Rusia, AS, Meksiko.

Justru karena Venezuela kaya dengan minyak ini, maka dipandang berbahaya oleh pemerintah AS. Karena, bukan saja bisa mengganggu supply minyak yang dibutuhkan pasaran AS kalau terjadi permusuhan dengan Hugo Chavez, tetapi juga karena Venezuela bisa “berbuat macam-macam” dengan uang yang banyak berasal dari hasil minyak ini. Di dalamnegeri, berbagai proyek sosial, ekonomi dan kebudayaan telah dilancarkan untuk memperbaiki kehidupan rakyat, yang membikin presiden Hugo Chavez makin populer di kalangan rakyat miskin Venezuela. Itu sebabnya banyak orang, baik di dalamnegerinya sendiri atau di luarnegeri, yang memandangnya sebagai pemimpin “populis” yang mempunyai karisma menonjol sekali.

Yang tidak menyenangkan Washington bukan saja bahwa Hugo Chavez membikin rakyat Venezuela menjadi anti-AS, tetapi juga karena politik anti-AS-nya telah “menular” ke berbegai negeri Amerika Latin. Sosoknya sebagai pemimpin kiri yang anti-AS sangat menonjol di antara berbagai pemimpin-pemimpin atau presiden Amerika Latin. Ia bahkan sudah menganjurkan, melalui Forum Sosial Sedunia di Caracas bulan Januari, supaya gerakan sosial di berbagai negeri ditingkatkan dan diiringi dengan strategi pengambilan kekuasaan, seperti yang dilakukan oleh Evo Morales di Bolivia melalui pemilihan yang demokratis.

Citra yang baik Hugo Chavez di berbagai negeri Amerika Latin juga didukung oleh kesediaan pemerintahannya untuk membantu atau kerjasama, yang dalam banyak hal dimungkinkan oleh karena kekayaan minyaknya. Hubungan yang erat sekali adalah dengan Kuba, dengan ditandatanganinya sejumlah besar perjanjian kerjasama di bidang politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan.

Di antara kerjasama dengan Kuba ini termasuk supply minyal sebanyak 53.000 barrel per hari, yang merupakan setengah dari kebutuhan Kuba per harinya. Sebaliknya Kuba membantu Venezuela dengan pengiriman 20.000 tenaga kedokteran dan personil medikal untuk banyak poliklinik dan rumahsakit, 6.500 pelatih olahraga, 2.000 guru untuk pemberantasan buta-huruf., Dengan berbagai negeri Amerika Latin lainnya Venezuela juga mengadakan kerjasama erat, antara lain dengan Bolivia, Argentina, Peru, Equador, Brasilia, Chili dan daerah Karibea.

Untuk menjalankan politik luarnegerinya yang anti-AS Presiden Hugo Chavez menggariskan politik luarnegeri yang berprinsip : independensi Venezuela dan melawan campurtangan AS ; pan-americanisme Bolivarian ; partisipasi dalam pembentukan dunia yang berdasar multipolar; pendekatan dengan Eropa untuk mengimbangi AS.

Dalam rangka terciptanya dunia yang multipolar inilah Hugo Chavez dengan giat mendorong terbentuknya komunitas Amerika Latin dan menganjurkan perlawanan terhadap neo-liberalisme yang buas, yang telah membikin banyak negeri dunia ketiga menderita. Dalam rangka ini pulalah Venezuela memainkan peran aktif dalam projek pembangunan stasiun penyiaran TV Amerika Latin yang diberi nama Telesur yang pusatnya di Caracas. Telesur didukung oleh berbagai negara Amerika Latin, dan akan menyamai CNN atau Aljazeera di Timur Tengah. Kalau setasiun TV Telesur ini sudah mulai bekerja, maka akan merupakan podium dan corong penting untuk gagasan integrasi Amerika Latin yang dicita-citakan Hugo Chavez dengan Bolivarisme-nya.

BISAKAH HUGO CHAVEZ DIJATUHKAN?

Juga dengan prinsip inilah Hugo Chavez mengadakan kunjungan persahabatan ke RRT, Iran, Libia, dan berbagai negara Eropa, termasuk ke Vatican. Dengan pandangan ini pulalah Hugo Chavez pernah mengunjungi Irak dan mengadakan pembicaraan dengan Saddam Husein. Peran penting yang dipegang Venezuela dalam organisasi negara-negara penghasil minyak OPEC juga merupakan kartu penting lainnya bagi Hugo Chavez untuk bisa terus mengembangkan “revolusi Bolivarian”-nya, baik dari segi dana maupun segi politik. Berkat hubungan-hubungan yang dijalin dengan berbagai negara di dunia ini membuat Venezuela tidak mudah diisolasi atau diperlakukan sembarangan oleh AS.

Tetapi, bagaimanapun juga para pembesar di Washington akan berusaha terus mencari cara dan jalan untuk menjatuhkan Hugo Chavez dan menghancurkan Bolivarisme revolusionernya, seperti halnya tindakan mereka (lewat kegiatan-kegiatan CIA) untuk menjatuhkan presiden Sukarno dalam tahun 1965 dan presiden Cili Salvador Allende dalam tahun 1973. Usaha Washington untuk menjatuhkan Hugo Chavez dengan mendukung kudeta (yang gagal) dalam tahun 2002 mungkin masih akan terjadi lagi, dalam bentuknya dan caranya yang baru.

Namun, situasi internasional dewasa ini makin tidak menguntungkan bagi pemerintah AS untuk bertindak seperti tahun-tahun 60-an, 70-an, 80-an atau 90-an, ketika dengan mudahnya CIA mendukung berbagai diktator militer di Afrika, Asia (termasuk Suharto) dan di Amerika Latin. Perkembangan di benua Amerika Latin yang bergeser ke-arah makin ke-kiri membikin lebih sulit bagi pemerintah AS untuk menjatuhkan Hugo Chavez. Dampaknya akan besar sekali. Tetapi, kebodohan, atau kekalapan, atau sikap kepala-batu Washington masih bisa saja terulang lagi. Kita tunggu saja tanggal mainnya.