25 July 2010 — 11 menit baca

Bangsa Indonesia perlu meneruskan revolusi !!!

Barangkali, ada orang-orang yang terperanjat ketika membaca judul tulisan kali ini, dan mungkin ada pula yang menganggapnya sembarangan saja. Kalau ada pembaca yang bersikap demikian, maka itu adalah wajar-wajar saja, dan bisalah dimengerti. Sebab, sepintas lalu judul di atas itu memang bisa menimbulkan kesan atau pengertian yang bermacam-macam. Termasuk yang serba menyeramkan dan mengerikan atau menakutkan, dan juga yang bukan-bukan..

Padahal, kata-kata revolusi ini sebenarnya mencakup pengertian yang amat luas sekali, seperti yang sudah dikemukakan dalam literatur dunia, yang berkaitan dengan sejarah di bidang politik, ekonomi, sosial, baik di abad-abad yang lalu, maupun abad sekarang.ini. Sejarah dunia menunjukkan dengan jelas bahwa kemajuan ummat manusia telah dicapai berkat adanya berbagai macam revolusi di banyak bidang. Revolusi merupakan faktor perubahan dan kemajuan rakyat di berbagai negeri di dunia.

(Sekadar sebagai bahan pertimbangan atau tambahan bacaan : kalau dibuka Google di Internet dan diketik kata Revolusi (dalam bahasa Indonesia) ada tersedia macam-macam bahan campur-aduk sebanyak lebih dari 71 juta, sedangkan kalau dalam bahasa Inggris (Revolution) sebanyak lebih dari 118 juta. Kalau diketik Bung Karno-revolusi (bahasa Indonesia) maka akan tersedia 580 000 bahan)

Di Indonesia pun, kata-kata revolusi pernah menjadi sesuatu yang dibanggakan dan dijunjung tinggi-tinggi oleh rakyat Indonesia. Revolusi yang dilancarkan oleh rakyat antara tahun 1945 sampai 1949 dalam rangka perjuangan untuk kemerdekaan , dan kemudian diteruskan di bawah pimpinan Bung Karno, sampai ia digulingkan secara khianat oleh Suharto bersama jenderal-jenderalnya. Kita semua tahu bahwa Bung Karno-lah merupakan satu-satunya pemimpin Indonesia yang paling banyak, paling sering, paling gigih, dan paling konsekwen menganjurkan rakyat Indonesia menjalankan revolusi terus-menerus

Revolusi untuk nation and character building dan persatuan bangsa

Dalam sejarah bangsa kita sudah terbukti bahwa kata-kata revolusi yang sering sekali dilontarkan oleh Bung Karno telah menjadi penggerak mobilisasi rakyat dalam pemupukan persatuan bangsa. Idee atau jiwa yang terkandung dalam kata-kata revolusi oleh Bung Karno merupakan unsur penting dalam nation and character building. Revolusi yang dianjurkan Bung Karno menjadi penggugah kesedaran politik yang amat besar bagi bangsa Indonesia. Revolusi yang dipimpin oleh Bung Karno telah mengangkat derajat rakyat Indonesia di mata rakyat-rakyat Asia-Afrika dan dunia

Kalau kita teliti isi karya-karya Bung Karno, maka kelihatanlah bahwa inti atau sari pati arti “Revolusi” menurutnya adalah perjuangan untuk mengadakan perubahan yang terus-menerus, perjuangan untuk menjebol segala yang lama dan tidak menguntungkan rakyat dan menggantikannya dengan yang baru, perjuangan melawan ketidakadilan dan segala macam penghisapan dan penindasan, baik yang dilakukan oleh bangsa sendiri maupun bangsa asing, perjuangan untuk kepentingan rakyat (terutama rakyat miskin, “wong cilik”, kaum marhaen dan proletar).

Seperti kita ketahui bersama, sejak pengkhianatan besar-besaran oleh pimpinan Angkatan Darat (waktu itu) yang terjadi akhir 1965, maka negara dikuasai oleh golongan militer beserta sekutu-sekutunya yang terdiri dari berbagai golongan reaksioner, yang pada umumnya anti Bung Karno dan anti-kiri (terutama PKI). Sejak itulah, maka kata-kata revolusi menjadi taboo dan dilarang untuk dipakai dalam masyarakat, dan dibikin sebagai “momok” oleh rejim militer untuk melakukan terror . Itulah sebabnya, sekarang ini terdapat banyak orang dari berbagai kalangan yang takut, benci, tidak menyukai, (atau tidak mengerti bahkan salah mengerti !!!) kata-kata revolusi.

Revolusi untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur

Padahal, revolusi yang dianjurkan atau dipelopori oleh Bung Karno adalah gagasan besar atau ajaran-ajaran luhur bagi rakyat Indonesia dalam perjuangannya untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur, dengan melawan habis-habisan segala yang meyengsarakan rakyat banyak. Memang, bagi golongan reaksioner dalam negeri dan luar negeri, revolusi menurut ajaran-ajaran Bung Karno tidaklah menguntungkan mereka sama sekali. Sebab, justru mereka-mereka itulah yang menjadi sasaran revolusi.

Mengingat situasi di negara kita dewasa ini, yang terbukti sehari-hari dengan jelas makin rusak atau makin busuk atau brengsek di hampir seluruh bidang, maka perlulah kiranya diangkat kembali setinggi-tingginya segala ajaran revolusioner Bung Karno. Revolusi yang pernah menjadi pedoman moral yang besar bagi bangsa dan juga menjadi ciri rakyat yang bisa dibanggakan , serta menjadi faktor pemersatu, perlu dikobarkan lagi bersama-sama untuk diteruskan, dalam menghadapi kemerosotan atau dekadensi besar-besaran yang merajalela dewasa ini.

Revolusi yang telah dikhianati, disekaratkan, dicekek, atau dibungkam oleh pimpinan Angkatan Darat (waktu itu) perlu digerakkan dan dikobarkan kembali bersama-sama secara besar-besaran oleh semua kalangan dan golongan yang menginginkan adanya perubahan-perubahan fundamental demi kepentingan rakyat banyak

Menarik pelajaran dari pengalaman negatif selama 40 tahun.

Sebab, dengan menarik pelajaran dari pengalaman selama lebih dari 40 tahun, sejak rejim militer Orde Baru sampai pemerintahan yang sekarang, terbukti bahwa segala macam politik atau sistem pemerintahan yang sudah digunakan berganti-ganti, nyatanya tidak dapat memecahkan berbagai persoalan besar dan parah yang dihadapi rakyat.

Di bidang politik, ekonomi dan sosial, bermacam-macam kesalahan atau kejahatan yang banyak dilakukan (seringkali dengan cara-cara yang haram dan tidak beradab ) oleh rejim militer Suharto selama 32 tahun masih banyak yang diteruskan oleh berbagai pemerintahan yang menggantikannya, sampai sekarang.

Kerusakan moral, lunturnya patriotisme, melemahnya nasionalisme, merajalelanya penyalahgunaan kekuasaan, mengganasnya korupsi secara luas dan besar-besaran, yang tiap hari kita saksikan bersama dewasa ini adalah sebagian dari akibat pengkhianatan terhadap revolusi, yang dimanifestasikan dengan penggulingan kekuasaan Bung Karno dan penghancuran kekuatan kiri yang mendukungnya, oleh Suharto beserta berbagai kekuatan reaksioner dalam negeri dan luar negeri.

Rakyat Indonesia sejak lama sudah dan sekarang sedang, dan di masa depan akan tetap menghadapi persoalan-persoalan besar dan parah selama negara masih terus dikuasai oleh segala macam bedebah-bedebah reaksioner, yang korup, yang dekaden, semacam yang bisa sama-sama kita saksikan sekarang ini.

Bedebah-bedebah atau penjahat-penjahat besar ini terdapat dalam kalangan mafia kekuasaan eksekutif, mafia kekuasaan legislatif, mafia judikatif, yang mencakup di dalamnya segala macam mafia politik dan kepartaian, mafia dalam DPR dan DPRD, mafia peradilan dan kehakiman, mafia hukum, mafia keuangan dan pajak, mafia perbankan, dan segala macam mafia lainnya, yang banyak terdapat di Indonesia sejak pemerintahan Orde Baru sampai sekarang.

Bukan situasi negara semacam sekarang ini yang diinginkan

Jelaslah kiranya bagi kita semua bahwa situasi negara dan bangsa seperti yang kita saksikan selama ini - sejak rejim Orde Baru sampai sekarang - sama sekali bukanlah yang diinginkan para perintis kemerdekaan. Para pejuang untuk kemerdekaan bangsa dalam pembrontakan tahun 1926 akan menangis dalam kuburan mereka kalau melihat apa yag terjadi di tanah air kita sekarang ini. Dan para pejuang revolusi Agustus 45 akan mengutuk sekeras-kerasnya segala pengkhianatan terhadap tujuan revolusi yang dilakukan oleh seluruh kekuatan reaksioner yang sudah mengggulingkan Bung Karno dan menghancurkan kekuatan kiri

Sebab, dengan digulingkannya Bung Karno dan dihancurkannya kekuatan kiri, maka revolusi yang pernah dikobarkan dengan gegap gempita oleh Bung Karno dan mendapat dukungan besar dan partisipasi luas dari rakyat yang mendambakan masyarakat adil dan makmur, maka kemudian menjadi terhenti atau terhambat untuk jangka waktu yang cukup lama.

Terhentinya revolusi oleh pengkhianatan Suharto bersama para jenderalnya inilah merupakan faktor utama mengapa situasi negara dan bangsa Indonesia kemudian menjadi serba busuk karena berbagai penyakit parah seperti yang kita saksikan selama ini. Di antara berbagai kerusakan serius atau penyakit yang paling parah yang disandang bangsa kita adalah kerusakan di bidang moral Kerusakan moral yang parah dan menyeluruh secara besar-besaran ini tercermin dalam banyak bidang kehidupan bangsa.

Kebejatan moral adalah sebab dari banyak persoalan bangsa

Sekali lagi, perlulah kiranya diulangi berkali-kali bahwa di antara banyak dosa yang berat dan berbagai macam kesalahan (atau kejahatan) yang paling besar oleh rejim militer Suharto (bersama-sama Golkar) adalah justru kerusakan atau pembusukan di bidang moral. Singkat padatnya, rejim militer Suharto-lah yang menjadi pelopor perusakan moral bangsa, yang akibatnya masih bisa kita saksikan bersama dewasa ini di banyak bidang. Kerusakan moral ini jugalah yang memungkinkan dibunuhnya jutaan orang-orang kiri dan pendukung politik Bung Karno, dan tetap terus tersengsaranya puluhan juta keluarga korban Orde Baru. sampai lebih dari 40 tahun.

Kita bisa sama-sama mengamati, dan juga merenungkan dalam-dalam, bahwa sebagai akibat kebusukan moral atau kebejatan akhlak yang menyebabkan meluasnya korupsi dengan ganas dan besar-besaran, dan timbulnya segala macam mafia yang merajalela di banyak bidang (di Pusat maupun di daerah-daerah), maka tidak dapat diatasi atau diselesaikan dengan mudah, apalagi oleh orang-orang reaksioner atau sistem yang lama, yang sudah terbukti tidak mengutamakan kepentingan rakyat banyak.

Karena itu, walaupun banyak segala macam perundang-undangan dan peraturan telah dan akan diadakan, dan meskipun berbagai ragam komisi, panitia, satgas, dibentuk untuk menanggulangi berbagai persoalan yang parah dan besar itu, maka hasilnya juga akan tetap seperti selama ini. Kegagalan usaha-usaha semacam itu pada pokoknya disebabkan karena hebatnya kerusakan moral yang sudah menjalar luas kemana-mana;

Sebagian kecil contohnya adalah terkatung-katungnya penyelesaian kasus Bank Century yang menyangkut dana Rp 2,7 triliun, kasus KPK yang ambur adul, kasus rekening gendut jenderal-jenderal polisi yang tak jelas juntrungnya, kasus urusan pajak perusahaan Aburizal Bakri yang tetap kusut, kasus Gayus Tambunan yang tetap rumit, kasus Yusril yang makin mbulet. Semua persoalan itu pada pokoknya bersumber dari kerusakan moral, atau kebejatan akhlak, atau kelemahan jjiwa, atau kesesatan iman.

Situasi akan tetap memburuk kalau “mereka” terus berkuasa

Mengingat parahnya kerusakan moral di kalangan “elite” yang sudah menular kemana-mana sejak lama ini, maka tidak bisa diharapkan adanya kemungkinan untuk bisa memperbaikinya dengan mudah. Artinya, walaupun ada pergantian-pergantian (di bidang eksekutif, legislatif, dan judikatif) yang dihasilkan oleh Pemilu 2014 nanti, atau juga oleh Pemilu 2019, namun toh tidak akan terjadi perubahan-perubahan besar, dan situasi tidak akan lebih baik, bahkan mungkin akan makin lebih memburuk.

Sebab, kita semua dapat meramalkan – berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah – bahwa pemilu-pemilu yang akan datang, akan tetap menghasilkan terpilihnya orang-orang yang pada umumnya memiliki kualitas, integritas, kapasitas, dan moral (!!!) yang sejenis yang dipunyai wakil-wakil rakyat (dan pejabat-pejabat) yang sudah selama ini mengelola negara kita.

Artinya, kalau (atau seandainya) negara kita akan tetap dikuasai oleh kalangan yang reaksioner, yang anti-revolusi, yang anti-ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno, maka juga akan tetap mengalami pembusukan atau dekadensi seperti yang kita alami dewasa ini. Dan keadaan yang menyedihkan begitu itu akan bisa berlangsung sepuluh atau, bahkan, dua tiga puluh tahun lagi. Lebih-lebih lagi, , keadaan mungkin akan lebih dekaden dari pada sekarang, dengan makin rusaknya moral para tokoh-tokohnya.

Keadaan yang begitu menyedihkan bagi rakyat banyak itulah yang akan terus dihadapi negara dan bangsa kita, ketika banyak negara lain di dunia sudah mengalami perubahan dan meraih kemajuan besar bagi kesejahteraan rakyatnya masing-masing, seperti (antara lain) China, India, Rusia, Vietnam, Kuba, Venezuela, Bolivia, Ekuador, Brasilia.

Revolusi untuk menyetop proses pembusukan lebih lanjut

Mengingat itu semua, maka makin jelaslah kiranya, bahwa untuk menyetop pembusukan moral, untuk menghentikan penyengsaraan rakyat, untuk menggantikan sistem pemerintahan, untuk memperbarui dan memperbaiki kekuasaan politik, diperlukan adanya usaha bersama secara besar-besaran dan radikal . Usaha bersama secara besar-besaran dan radikal ini bisa dinamakan revolusi, sesuai dengan ajaran Bung Karno.

Revolusi menurut ajaran-ajaran revolusioner Bung Karno adalah satu-satunya jalan (!!!) yang perlu (dan bisa) ditempuh rakyat Indonesia untuk menghentikan proses demoralisasi, proses degenerasi, proses desintegrasi, singkatnya proses pengrusakan dan pembusukan kehidupan bangsa, yang sudah lama berlangsung sejak berkuasanya rejim militer Orde Baru.

Jadi, kalau kita baca dengan teliti karya-karya Bung Karno akan nyatalah dengan jelas bahwa revolusi menurut ajaran-ajaran revolusionernya adalah ajakan luhur kepada seluruh bangsa untuk bersama-sama berjuang melawan segala hal yang tidak menguntungkan kepentingan rakyat, terutama rakyat kecil. Revolusi menurut ajaran-ajaran Bung Karno adalah perjuangan di bidang politik atau kekuasaan, untuk menjebol yang lama dan tidak menguntungkan rakyat dan kemudian menggantikannya dengan yang baru.

Bisalah kita katakan bahwa Revolusi menurut ajaran Bung Karno adalah pemersatu bangsa dalam mobilisasi seluruh rakyat – dari semua kalangan dan golongan, termasuk golongan Islam yang merupakan majoritas – ke arah cita-cita bersama, yaitu masyarakat adil dan makmur, dan melawan segala penindasan oleh bangsa sendiri maupun bangsa asing. Tidak ada pemimpin Indonesia lainnya yang bersikap begitu jelas dan begitu luhur seperti Bung Karno mengenai revolusi yang perlu terus dikobarkan oleh seluruh bangsa.

Revolusi untuk memupuk patriotisme dan nasionalisme kerakyatan

Revolusi yang sudah dikobarkan di bawah pimpinan Bung Karno adalah untuk memperkuat patriotisme kerakyatan, untuk memupuk nasionalisme yang tidak sempit, untuk menyuburkan semangat pengabdian kepada rakyat, untuk menggelorakan kesediaan berkorban bagi nusa dan bangsa. Begitu luhur dan tinggilah tujuan revolusi yang dicita-citakan Bung Karno bagi bangsa Indonesia

Karena itu, perlulah kiranya semua golongan dan kalangan yang menginginkan adanya perubahan fundamental atau perbaikan radikal di negara kita untuk berusaha bersama-sama dengan segala jalan dan cara, dan melalui berbagai sarana dan bentuk, untuk meneruskan berkobarnya revolusi seperti di jaman pimpinan Bung Karno, yang pernah terhenti cukup lama akibat pengkhianatan rejim militer Orde Baru.

Jalan revolusi yang ditunjukkan Bung Karno adalah satu-satunya jalan untuk ditempuh bangsa Indonesia, guna mencapai masyarakat adil dan makmur, atau untuk membangun Sosialisme Indonesia di bumi kita bersama. Tidak ada jalan lain !!